Abstrak


Analisis Profil Keterampilan Berpikir Komputasi Peserta Didik pada Mata Pelajaran Computational Thinking di Kelas V SDICT Al Abidin, Surakarta


Oleh :
Devira Nur Pratama - K7120075 - Fak. KIP

Keterampilan berpikir komputasi adalah proses merumuskan masalah dan mencari solusi melalui konsep komputasi, dianggap penting dalam menghadapi tantangan abad 21. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komponen keterampilan berpikir komputasi dalam soal PSAS dan PSAT serta profil keterampilan berpikir komputasi peserta didik pada mata pelajaran Computational Thinking (CT) di kelas V SDICT (Sekolah Dasar Information and Communication Technology) Al Abidin, Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data berupa dokumen PSAS (Penilaian Sumatif Akhir Semester) dan PSAT (Penilaian Sumatif Akhir Tahun) dan jawaban peserta didik terhadap soal yang memuat empat komponen keterampilan berpikir komputasi. Sampel terdiri dari 25 peserta didik kelas V, diambil secara purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumen, dengan uji validitas menggunakan member check dan audit oleh ahli. Analisis data menggunakan model Miles dan Hubermen meliputi reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian pertama yaitu menunjukkan seluruh soal PSAS dan soal uraian PSAT memuat empat komponen keterampilan berpikir komputasi: dekomposisi, pengenalan pola, abstraksi, dan desain algoritma, namun soal pilihan ganda PSAT hanya memuat satu komponen dan satu soal pilihan ganda PSAT tidak memuat komponen keterampilan berpikir komputasi. Kedua terkait profil keterampilan berpikir komputasi, mayoritas peserta didik menunjukkan keterampilan berpikir komputasi dengan tingkat keberhasilan di atas 50% pada 16 soal dari 20 soal yang digunakan. Persentase cukup tinggi ditemukan pada peserta didik yang kurang berhasil dalam soal uraian yaitu 68% di soal nomor 12 dan 64% di soal nomor 14 dan 17. Selain itu, hasil analisis skor menunjukkan kategorisasi profil keterampilan berpikir komputasi peserta didik: 2 peserta didik (8%) pada kategori sangat rendah, enam peserta didik (24%) pada kategori rendah, delapan peserta didik (32%) pada kategori cukup, dan sembilan peserta didik (36%) berada di kategori tinggi. Implikasi penelitian ini yaitu kurikulum mata pelajaran CT perlu dikembangkan untuk memperdalam keterampilan berpikir komputasi, serta memberikan bimbingan tambahan bagi peserta didik dengan kemampuan rendah. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan instrumen tes yang lebih komprehensif, mengeksplorasi faktor-faktor yang memengaruhi keterampilan berpikir komputasi, dan menguji metode pembelajaran yang efektif untuk CT.