Banjir pasang atau
yang biasa dikenal dengan banjir rob merupakan fenomena yang biasanya terjadi
di wilayah pesisir yang dipicu oleh pemanfaatan dan pengelolaan kawasan pesisir
yang mengabaikan daya dukung lingkungan dan perubahan iklim. Banjir rob dapat
mengganggu aktivitas perkotaan pesisir, merusak infrastruktur, hingga
menurunkan kualitas keruangan di wilayah pesisir. Sehingga dibutuhkan resiliensi untuk
memastikan bahwa sistem dalam wilayah pesisir dapat merespon, pulih, dan
beradaptasi dengan bencana. Resiliensi merupakan kemampuan sebuah sistem ketika
terjadi gangguan atau bencana, bagaimana sistem pulih, dan beradaptasi dengan
perubahan setelah terjadi bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana resiliensi fisik wilayah pesisir Kota Pekalongan yang terdiri dari guna
lahan dan infrastruktur wilayah pesisir. Guna lahan dalam penelitian ini
terdiri dari kawasan mangrove, kawasan ruang terbuka, kawasan perikanan,
kawasan pariwisata, kawasan perdagangan, kawasan peruntukkan industri, dan kawasan
permukiman. Sedangkan infrastruktur perkotaan wilayah pesisir terdiri dari sarana
pelayanan sosial, sarana pelayanan ekonomi, prasarana/ utilitas umum, dan
infrastruktur pengendali banjir dan rob. Penelitian ini meneliti bagaimana
resiliensi wilayah pesisir terhadap banjir rob. Resiliensi wilayah pesisir Kota
Pekalongan dibagi menjadi 3 yaitu dalam tahap response, tahap recovery,
dan tahap adaptivity. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif model deduksi dengan pendekatan studi
kasus. Kajian resiliensi diperoleh dari analisis konten hasil wawancara
narasumber yang telah ditentukan. Untuk menguatkan temuan dari analisis konten
maka dilakukan triangulasi dengan memadukan hasil analisis dengan hasil
observasi maupun litelatur dokumen sehingga membentuk validitas dan reabilitas
penelitian. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan adanya karakteristik
resiliensi yang ditunjukkan masing-masing kawasan. Karakteristik resiliensi
tersebut paling banyak ditunjukkan pada tahap adaptivity, hal tersebut
berhubungan dengan adanya infrastruktur pengendali banjir.