Abstrak


Resiliensi Fisik Wilayah Pesisir terhadap Banjir ROB di Kota Pekalongan


Oleh :
Afni Ashrida - I0617005 - Fak. Teknik

Banjir pasang atau yang biasa dikenal dengan banjir rob merupakan fenomena yang biasanya terjadi di wilayah pesisir yang dipicu oleh pemanfaatan dan pengelolaan kawasan pesisir yang mengabaikan daya dukung lingkungan dan perubahan iklim. Banjir rob dapat mengganggu aktivitas perkotaan pesisir, merusak infrastruktur, hingga menurunkan kualitas keruangan di wilayah pesisir.  Sehingga dibutuhkan resiliensi untuk memastikan bahwa sistem dalam wilayah pesisir dapat merespon, pulih, dan beradaptasi dengan bencana. Resiliensi merupakan kemampuan sebuah sistem ketika terjadi gangguan atau bencana, bagaimana sistem pulih, dan beradaptasi dengan perubahan setelah terjadi bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana resiliensi fisik wilayah pesisir Kota Pekalongan yang terdiri dari guna lahan dan infrastruktur wilayah pesisir. Guna lahan dalam penelitian ini terdiri dari kawasan mangrove, kawasan ruang terbuka, kawasan perikanan, kawasan pariwisata, kawasan perdagangan, kawasan peruntukkan industri, dan kawasan permukiman. Sedangkan infrastruktur perkotaan wilayah pesisir terdiri dari sarana pelayanan sosial, sarana pelayanan ekonomi, prasarana/ utilitas umum, dan infrastruktur pengendali banjir dan rob. Penelitian ini meneliti bagaimana resiliensi wilayah pesisir terhadap banjir rob. Resiliensi wilayah pesisir Kota Pekalongan dibagi menjadi 3 yaitu dalam tahap response, tahap recovery,  dan tahap adaptivity. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif model deduksi dengan pendekatan studi kasus. Kajian resiliensi diperoleh dari analisis konten hasil wawancara narasumber yang telah ditentukan. Untuk menguatkan temuan dari analisis konten maka dilakukan triangulasi dengan memadukan hasil analisis dengan hasil observasi maupun litelatur dokumen sehingga membentuk validitas dan reabilitas penelitian. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan adanya karakteristik resiliensi yang ditunjukkan masing-masing kawasan. Karakteristik resiliensi tersebut paling banyak ditunjukkan pada tahap adaptivity, hal tersebut berhubungan dengan adanya infrastruktur pengendali banjir.