Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis dinamika penggunaan lahan koridor Solo-Semarang Tahun 2011-2023, (2) menganalisis model spasial prediksi penggunaan lahan koridor Solo-Semarang Tahun 2031. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif dengan pendekatan deduktif keruangan. Data yang digunakan bersumber dari Badan Informasi Geospasial serta citra satelit Landsat 7 dan Landsat 8 pada Tahun 2011, 2015, 2019, dan 2023. Ruang lingkup penelitian ini adalah seluruh penggunaan lahan koridor Solo-Semarang yang terdiri dari 7 kabupaten/kota dan 24 kecamatan. Unit analisis pada penelitian ini berupa 4 segmen dari koridor Solo-Semarang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi, telaah pustaka, dan interpretasi citra. Teknik uji validitas yang digunakan adalah uji akurasi ketelitian citra dengan confusion matrix dan uji validitas model penggunaan lahan dengan nilai kappa. Teknik analisis data untuk tujuan I adalah analisis overlay data penggunaan lahan dan untuk tujuan II menggunakan model cellular automata dengan pendekatan Artificial Neural Network (ANN) pada QGIS 2.18 dengan bantuan plugin Modules for Land Use Change Evaluations (MOLUSCE). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada kurun waktu 2011-2023 di koridor Solo-Semarang didominasi oleh lahan pertanian dan permukiman. Segmen I mengalami perkembangan permukiman dan industri mengikuti jalan arteri, Segmen II mengalami pertumbuhan lahan terbangun di pusat Kabupaten Boyolali dan daerah pinggiran Kota Salatiga, Segmen III memiliki kawasan industri, sedangkan permukiman berkembang di sekitar kawasan industri dan pusat kota, Segmen IV merupakan pusat wilayah provinsi dengan perkembangan lahan terbangun yang tinggi. (2) Hasil indeks kappa sebesar 0,64 atau tingkat validitas model dengan kategori baik. Model spasial perubahan penggunaan lahan koridor Solo-Semarang pada Tahun 2031 diprediksikan luas lahan permukiman meningkat hingga 151,81 km2; lahan hutan menurun menjadi 0,66 km2; industri dengan luas 2,92 km2; penurunan lahan pertanian menjadi 217,83 km2; lahan terbuka menjadi 1,13 km2; dan badan air menjadi seluas 4,36 km2. Hasil model spasial tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi stakeholder terkait dalam melakukan perencanaan dan pengendalian perubahan penggunaan lahan di koridor Solo-Semarang.