;
Latar Belakang: Manajemen nyeri perioperatif pada pasien bedah saraf,
khususnya kranioplasti, masih menjadi tantangan besar karena kurangnya
konsensus mengenai standar terapi. Nerve
Scalp Block (NSB) dan anestesi infiltrasi adalah dua teknik yang digunakan
untuk mengelola nyeri dan respon inflamasi selama prosedur ini. Penelitian ini
bertujuan untuk membandingkan efek NSB dengan anestesi infiltrasi terhadap
kadar High Sensitivity C-Reactive Protein
(HsCRP) dan respon hemodinamik pada pasien kranioplasti.
Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda yang melibatkan
42 pasien yang menjalani kranioplasti di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pasien
dibagi menjadi dua kelompok: kelompok NSB dan kelompok anestesi infiltrasi.
Data HsCRP, Mean Arterial Pressure
(MAP) dan Heart Rate (HR) diukur
sebelum dan setelah operasi. Analisis statistik dilakukan menggunakan uji T
berpasangan dan uji T independen.
Hasil: Nilai rata-rata HsCRP pasca operasi pada kelompok NSB lebih rendah
dibandingkan kelompok anestesi infiltrasi (0,754 mg/L vs. 0,970 mg/L, p=0,012).
Perubahan MAP dan HR selama operasi juga lebih rendah pada kelompok NSB
dibandingkan kelompok anestesi infiltrasi, menunjukkan stabilitas hemodinamik
yang lebih baik.
Diskusi: NSB menunjukkan efek yang lebih baik dalam mengurangi respon inflamasi
dan menjaga stabilitas hemodinamik selama kranioplasti dibandingkan dengan
anestesi infiltrasi. Efek ini mungkin disebabkan oleh kemampuan NSB untuk
menghambat transmisi nyeri dan pelepasan mediator inflamasi.
Kesimpulan: NSB lebih efektif dibandingkan anestesi infiltrasi dalam mengurangi
respon inflamasi dan menjaga stabilitas hemodinamik pada pasien kranioplasti.
Teknik ini dapat dipertimbangkan sebagai pilihan utama dalam manajemen nyeri
perioperatif pada prosedur kranioplasti.