Elien Aprianti Faustin. H0819045. 2024. Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah
Pengolahan “Kopi Ndorog” di Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri
(Studi Kasus: Gapoktan Segar Desa Semagar). Dibimbing oleh Dr. Ir. Rhina
Uchyani Fajarningsih, M. S., dan Ir. Agustono, M. Si. Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Kontribusi subsektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi
tahun 2022 adalah perkebunan dengan menyumbang 3,76% terhadap PDB. Kopi
merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menjadi komoditas ekspor unggulan
Indonesia saat ini. Kecamatan Grimarto menjadi daerah di Kabupaten Wonogiri
dengan luas lahan dan produksi kopi, baik robusta maupun arabika tertinggi. Hal ini
mendorong terbentuknya agroindustri kopi salah satunya Kopi Ndorog. Kopi Ndorog
merupakan salah satu agroindustri kopi yang ada di Desa Semagar, Kecamatan
Girimarto. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis biaya dan nilai tambah
pengolahan Kopi Ndorog serta mengetahui persepsi dan sikap petani kopi pada KSU
Gapoktan Segar.
Metode dasar yang digunakan adalah deskriptif. Lokasi penelitian dipilih secara
purposive yaitu di Kecamatan Girimarto. Penelitian yang dilakukan adalah studi kasus
dengan responden pengurus koperasi dan 30 petani kopi Desa Semagar. Analisis yang
digunakan adalah Metode Hayami untuk analisis nilai tambah dan Chi square untuk
analisis persepsi dan sikap petani.
Total biaya usaha pengolahan Kopi Ndorog sebesar Rp21.031.416,00. Total
penerimaan Rp50.994.000,00 dan total pendapatan usaha sebesar Rp29.962.584,00.
Efisiensi usaha pengolahan Kopi Ndorog sebesar 2,42 untuk pengolahan kopi robusta
dan 2,48 untuk pengolahan kopi arabika. Hasil penelitian menunjukkan nilai tambah
pengolahan kopi terbagi menjadi empat, yaitu pengolahan kopi robusta menjadi
greenbean, roastbean, dan bubuk, serta pengolahan kopi arabika menjadi kopi bubuk.
Rasio nilai tambah pengolahan kopi robusta menjadi greenbean, roastbean, dan bubuk
yaitu 14,25%, 66,49%, dan 67,63%. Rasio nilai tambah pengolahan kopi arabika
menjadi kopi bubuk sebesar 62,02%. Sebanyak 83,3% petani memiliki persepsi baik
dan 90% petani bersikap mendukung adanya KSU Gapoktan Segar. Terdapat hubungan
antara persepsi pada KSU Gapoktan Segar pada sikap petani dalam mendukung adanya
koperasi dan usaha pengolahan kopi. Berdasarkan hasil penelitan, disarankan koperasi
memfokuskan penjualan pada produk yang memiliki nilai tambah tinggi sehingga
dapat meningkatkan omzet penjualan. Pelatihan budidaya kopi perlu dilakukan untuk
meningkatkan produksi dan menjaga kestabilan stok.