Potensi perkebunan dan perusahaan gula di wilayah lembah sungai Serayu pada
akhir abad 19 berkembang pesat. Banyaknya sungai yang mengalir di wilayah ini
menjadikanya sebagai daerah yang subur. Kondisi ini didukung pula oleh jenis
tanah dan iklim. Perkembangan ekonomi ini tentu saja berbanding lurus dengan
tuntutan transportasi yang memadai untuk mengangkut hasil panen dari pabrik ke
Pelabuhan. Pembangunan jalur kereta api adalah solusi yang paling baik pada
saat itu. Muncul desakan dari para pelaku usaha pabrik dan perkebunan di
wilayah Banyumas untuk menambah jalur kereta dari stasiun Maos menuju pabrik-pabrik
gula yang berlokasi di sepanjang lembah sungai Serayu. Tidak butuh waktu lama,
banyak pihak swasta yang mengajukan konsesi atas wilayah ini untuk melakukan
pembangunan jalur kereta api. Pada akhirnya, karena tekanan semakin besar dari
pihak swasta dan pengusaha perkebunan, pemerintah Kolonial Hindia Belanda
memberikan konsesinya kepada salah satu perusahaan swasta, sebuah konsorsium
perbankan di Negeri Belanda, NV Serajoedal Stoomtram Maatschappij (NV
SDS). SDS merupakan perusahan kereta api swasta yang tergabung dengan tiga
perusahan kereta api swasta lain-nya yaitu Semarang Joana Stoomtram
Maatschappij (SJS), Oost-Java Stoomtram Maatschappij (OJS) dan Semarang
Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS).
SDS membangun jalur kereta api yang menghubungkan Maos – Purwokerto –
Sokaraja – Purbalingga – Banjarnegara – Wonosobo. Pembangunan jalur kereta api
ini bertujuan untuk menjangkau daerah-daerah pedalaman di wilayah karesidenan
Banyumas (Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara) dan
menghubungkannya dengan Pelabuhan yang berada di Cilacap. SDS membangun jalur
kereta api ini kurang lebih selama 23 tahun, dimulai dari tahun 1894 sampai
tahun 1917.
Masuknya SDS sebagai perusahan swasta di sektor kereta api pada tahun 1894 menjadi awal periodesasi baru yang terjadi di lembah Sungai Serayu. Jaringan kereta api yang dibangun oleh SDS terbentang dari hilir sampai ke hulu, dari Cilacap sampai ke Wonosobo, merupakan bentuk nyata dari terjadinya modernisasi transportasi di daerah-daerah sepanjang lembah Sungai Serayu.