Dian Ayu Krismonita. IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DALAM
YASA PEKSI BURAK PERINGATAN ISRA MIKRAJ DI KRATON YOGYAKARTA HADININGRAT.
Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Desember 2021.
Tujuan penelitian ini yaitu: Mengetahui implementasi nilai
positif berkaitan dengan nilai pancasila yang terdapat dalam upacara tersebut
di era sekarang ini. Mengetahui penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kegiatan
Yasa Peksi Burak Di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Mengetahui faktor apa
saja yang mendukung dan menghambat pengamalan nilai nilai Pancasila dalam Yasa
Peksi Burak di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian dengan metode penelitian kualitatif.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena tradisi dalam
ilmu pendidikan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan
manusia baik dalam diri pribadi maupun dalam interaksi dengan sesama dalam
suatu masyarakat. Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah
penelitian deskriptif kualitatif yang mempelajari masalah-masalah yang ada
serta tata cara kerja yang berlaku. Penelitian deskriptif kualitatif ini
bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) Yasa Peksi Burak sangat mengandung nilai positif dalam
kaitanya dengan nilai-nilai pancasila. Kegiatan ini merupakan tradisi Kraton
Yogyakarta sebagai sarana dakwah ajaran Nabi Muhammad SAW dan telah ada sejak
kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono (HB) I Kraton Yogyakarta. (2) Dalam sila
pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Peksi Burak atau Burung Buraq dipercaya
sebagai wahana Nabi Muhammad SAW saat menerima perintah salat lima waktu. Dalam
pelaksanaan sila kedua, ini bisa di lihat dari kegiatan Putri Kraton yang
membuat hiasan burung buraq adalah Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi, GKR
Condrokirono, GKR Maduretno, GKR Hayu,dan GKR Bendara dan kerabat lainnya. Pada
sila ketiga Pekerjaan membuat Peksi Burak, miniatur pohon buah-buahan,
merangkai bunga melati, dan kantil hanya boleh dilakukan oleh para kerabat
dekat sultan (isteri pangeran, Wayah Dalem/cucu, dan Sentana Dalem/kerabat).
Sila ke empat, pelaksanaan upacara ini dipimpin dan atas kebijaksanaan dari Sri
Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas. Sila kelima di dalam ritual-ritual ini
dikumpulkan sedekah di dalam masjid Kraton (Agung). Sesudah pembacaan doa-doa
berbahasa Arab, sedekah sedekah itu dibagi-bagikan kepada masyarakat (3) Faktor
pendukung dan penghambat pengamalan pancasila dalam kegiatan ini adalah
kegiatan dilakukan secara keagamaan khusunya agama islam. Ini secara otomatis
dapat memberikan dukungan dan dorongan dalam pengamalan nilai nilai pancasila.
Faktor penghambatnya adalah karena pada tahun ini terhalang pandemic, kegiatan
ini dikhususkan bagi warga masyarakat kraton dan lingkunganya. Ini mengkibatkan
kurangnya pengamalan sila ke tiga dalam pancasila yaitu nilai persatuan
Indonesia.