;
Terjadi peningkat
intoleransi dan radikalisme di kalangan generasi muda. Upaya pencegahan sangat
penting dilakukan, salah satunya dapat dilakukan melalui pendekatan nilai budaya
lokal. Ajaran Hasthalaku dengan nilai gotong royong, guyup rukun, grapyak
semanak, lembah manah, ewuh pekewuh, pangerten, andhap ashor, tepa slira,
menjadi modal sosial dalam mengubah perilaku intoleran menjadi perilaku yang
toleran dan cinta damai melalui program Sekolah Adipangastuti. Penelitian ini
bertujuan untuk: (1) menganalisis nilai-nilai modal sosial dari ajaran
hasthalaku dan implementasinya di SMAN 1 Surakarta; (2) mengetaui pola
implementasi modal sosial hasthalaku pada implementasi gerakan sekolah
Adipangastuti di SMAN 1 Surakarta; (3) mengetahui peran stakeholder dalam
implementasi ajaran hasthalaku pada implementasi Sekolah Adipangastuti di SMAN
1 Surakarta. Pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus digunakan untuk
menjelaskan modal sosial dalam implementasi ajaran hasthalaku pada implementasi
sekolah Adipangastuti. Penelitian menggunakan gagasan Putnam tentang modal
sosial. Konsep ini digunakan untuk menganalisis implementasi Sekolah
Adipangastuti di SMAN 1 Surakarta. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara,
observasi partisipan, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini merujuk pada analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ajaran Hasthalaku sebagai modal sosial mengandung nilai toleransi yang
diangkat menjadi pedoman dalam memberikan arahan serta orientasi berperilaku
karena banyak mengandung nilai positif. Ajaran Hasthalaku menjadi instrumen
penting dalam pembentukan karakter siswa pada program Sekolah Adipangastuti
diawali melalui penyuluhan, pelatihan, dan kegiatan intrakurikuler.
Implementasi nilai-nilai modal sosial dalam ajaran hasthalaku melalui program
Sekolah Adipangastuti memerlukan sinergi antara stakeholder internal dan
stakeholder eksternal untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan
mendukung tujuan program Sekolah Adipangastuti yaitu membentuk karakter siswa
sesuai dengan ajaran Hasthalaku. Kesimpulan penelitian, yaitu modal sosial yang
kuat, seperti kepercayaan, norma bersama, dan jaringan sosial yang luas,
memiliki peran yang signifikan dalam mendukung keberhasilan implementasi Sekolah
Adipangastuti.