Afita Arbasari. B0219004. 2024. Ceritera Hasanudin: Suntingan Teks disertai Kajian Sastra Bandingan. Skripsi: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Permasalahan pada penelitian ini adalah: (1) bagaimanakah suntingan teks dari naskah Ceritera Hasanudin?; (2) bagaimanakah pemaparan perbandingan alur, karakter, dan latar menggunakan kajian sastra bandingan pada teks naskah Ceritera Hasanudin dengan suntingan teks naskah Sajarah Banten?. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menyediakan suntingan teks naskah Ceritera Hasanudin sebaik mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sehingga dapat dengan mudah dibaca, dipahami, dan dimengerti; (2) memaparkan perbandingan alur, karakter, dan latar pada teks naskah Ceritera Hasanudin melalui kajian sastra bandingan dengan suntingan teks naskah Sajarah Banten.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah naskah Ceritera Hasanudin koleksi Bibliothèque Nationale de France (Perpustakaan Prancis) dan tersimpan dengan nomor kode Malayo Polynésien 140. Metode penyuntingan yang digunakan adalah metode landasan. Data penelitian diperoleh melalui teknik pustaka. Teknik pengolahan data menggunakan tahap deskripsi naskah, tahap analisis, dan tahap evaluasi.
Kritik teks pada naskah Ceritera Hasanudin mengungkap sejumlah kesalahan penulisan yang meliputi 35 lakuna, 49 substitusi, 25 adisi, 13 ditografi, 11 transposisi, 77 kata yang tidak terbaca, dan 56 kata yang sulit dipahami. Hasil analisis perbandingan dua naskah dalam aspek alur, tokoh, dan latar menunjukkan bahwa Ceritera Hasanudin memiliki alur yang maju-mundur, sementara naskah pembandingnya beralur maju. Tokoh-tokoh dalam naskah utama berfokus pada mereka yang berkaitan dengan Maulana Hasanudin, sedangkan naskah pembandingnya menampilkan lebih banyak tokoh yang bervariasi. Dari segi latar tempat, tidak banyak perbedaan antara kedua naskah, dengan kebanyakan latar yang sama dan hanya sedikit perbedaan pada beberapa tempat. Namun, perbedaan yang cukup signifikan terdapat pada latar waktu, di mana Ceritera Hasanudin mencakup masa sebelum lahirnya Sunan Ampel hingga beberapa generasi setelah Maulana Hasanudin yang meneruskan Kesultanan Banten, sementara naskah pembanding lebih terfokus pada latar waktu yang terkait dengan tokoh utama dalam cerita.