;
RIZKY RAMADHANI ARSYAH PUTRA,
S232208026, 2022, “Dialektika Relasional
Komunikasi Dalam Mengatasi Konflik Antara Pengelola Geopark Dan Penambang Timah
Dikalangan Masyarakat Belitung”. Tesis Program Studi Ilmu Komunikasi,
Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia.
Penetapan Geopark Belitong oleh UNESCO Global Geoparks telah
memberikan rasa kebanggaan baru bagi masyarakat Kepulauan Belitung. Berjalannya
sistem yang terjaga oleh komunitas masyarakat kawasan Geopark maka tujuan untuk
tetap melestarikan keragaman geologi (geodiversity),
warisan geologi (geoheritage),
keanekaragaman hayati (biodiversity),
serta keragaman budaya (cultural
diversity). Dengan
mempertimbangkan kehadiran Geopark Belitong juga memberikan keuntungan besar
bagi pengembangan wilayah di kemudian hari. Akan
tetapi keberadaan sektor tambang masih cukup
signifikan memberikan sumbangsihnya terhadap kesejahteraan masyarakat di area
wilayah pertambangan. Hadirnya konflik yang terjadi akibat aktivitas
pertambangan, baik yang dilakukan oleh mitra badan usaha milik negara, hingga
yang dikelola oleh masyarakat tradisional maupun swasta, yang saat ini
terpantau merambah kawasan konservasi dan kawasan wisata.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dialektika yang terjadi
diantara pengelola Geopark Belitong dengan Penambang Tradisional di Pulau
Belitung. Peneliti menggunakan communication
interpersonal sebagai domain teori untuk memahami bagaimana individu berinteraksi dan berkomunikasi
mengelola kontradiksi. Kemudian relational dialectic
theory oleh L.A. Baxter sebagai teori utama digunakan untuk memfokuskan kontradiksi serta dinamika yang terjadi
dalam hubungan interpersonal. Selanjutnya dialogue theory oleh Bhakthin sebagai teori pendukung digunakan untuk menekankan pentingnya
dialog dalam melihat makna dan memahami hubungan antara individu. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan
teknik wawancara mendalam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi dialektika di
antara kedua belah pihak belum menunjukan
penyelesaian. Hal ini terlihat dari bentuk konflik yang terjadi pada kerusakan akses
jalan pada kawasan konservasi, pencurian fasilitas, hingga tuntutan wilayah pertambangan
rakyat. Kemudian faktor konflik yang timbul dari dampak kesehatan pasca
tambang, ketimpangan nilai penghasilan, proses tambang yang tradisional hingga
masalah kemampuan pengelolaan kerajinan. Pada prespektif komunikasi dibutuhkan mediasi diantara kedua kelompok
untuk menciptakan sebuah kesepakatan terhadap batas wilayah konservasi dan
eksplorasi.
Penyelesaian konflik melalui komunikasi dua arah dan penghubung dialog sangat diperlukan untuk
menghindari konflik selanjutnya. Dukungan tersebut dapat
direalisasikan dengan komunikasi dialog baik oleh pemerintah daerah yang bersih dan transparan, kemudian oleh badan pengelola Geopark Belitong dan Penambang Tradisional baik
sebagai kelompok organisasi maupun komunitas tambang.