Perancangan karya ini dilatar belakangi keinginan penulis untuk menyampaikan makna nilai yang terkandung dalam pamor keris melalui motif batik, dan juga mengembangkan busana pertunjukan pencak silat. Namun, permasalahan dari perancangan karya dibuat adalah, tidak semua bentuk pamor keris dapat diaplikasikan sebagai motif pada busana maupun karya seni lain. Hal tersebut karena ada jenis-jenis pamor keris yang memiliki makna spiritual yang sakral, dan hanya bisa dimiliki oleh orang-orang tertentu saja. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian yang mendalam, supaya tidak merusak makna simbolik dari pamor keris yang dijadikan motif batik, dan juga dapat selaras dengan nilai-nilai yang terdapat pada pencak silat. Tujuan di buatnya karya ini untuk menyampaikan nilai-nilai yang terkandung pada pamor keris melalui motif batik yang diaplikasikan pada busana pertunjukan pencak silat. Hal tersebut bertujuan supaya orang-orang bisa mengetahui lebih dalam mengenai nilai-nilai yang terdapat pada keris dan juga pamornya, supaya tidak hanya dipandang dari sudut pandang mistisnya saja oleh banyak orang.
Metode perancangan yang digunkan pada perancangan karya ini adalah metode penciptaan seni kriya Tiga Tahap Enam Langkah, yang diciptakan oleh S.P Gustami, sebagai metode pendekatan utama dan metode pendekatan etnografi sebagai pendukungnya, dalam melakukan observasi lapangan.
Hasil dari perancangan karya yang dibuat adalah, semua motif pamor keris dapat diaplikasikan sebagai motif batik pada busana pertunjukan pencak silat, dengan mempertimbangkan nilai, esensi, kaidah yang terkandung pada pamor keris dan juga pencak silat, serta penepatannya sebagai motif pada suatu busan. Hasil perancangan karya yang dibuat telah mengembangkan dan menginovasi motif batik dan busana pertunjukan pencak silat, serta makna yang terkandung dalam pamor keris dapat tersampaikan.