Abstrak


Antagonisme Jamur Rizosfer Bawang Merah Dari Tanah Supersif Terhadap Patogen Moler


Oleh :
Brelyan Amelia Jayaningtyas - H0718040 - Fak. Pertanian

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Produksi bawang merah belum mampu untuk memenuhi kebutuhan lokal dikarenakan adanya beberapa faktor salah satunya adanya penyakit moler pada bawang merah. Penyakit moler pada bawang merah disebabkan oleh patogen Fusarium oxysporum f.sp. cepae (FOCe). Pengendalian patogen F. oxysporum di era sekarang dapat dilakukan dengan pengendalian secara hayati. Pengendalian tersebut dapat memanfaatkan agens antagonis yang diharapkan mampu menekan perkembangan patogen. Agens antagonis dapat ditemukan di rizosfer tanaman pada tanah supresif. Diyasti dan Lizarmi (2021) menyatakan bahwa tanah supresif merupakan tanah yang memiliki kemampuan untuk mencegah dan menekan penyakit. Aplikasi jamur rizosfer dapat menekan perkembangan F. oxysporum penyebab penyakit moler.

Penelitian dilaksanakan bulan Febuari-Maret 2023 di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Laboratorium Hama Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan Parangjoro Grogol Sukoharjo. Penelitian lapangan dilaksanakan di Desa Menur, Parangjoro, Kabupaten Sukoharjo meliputi inokulasi patogen F. oxysporum dan jamur rizosfer. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga kali pengulangan menggunakan metode eksplorasi dan POT. Variabel pengamatan antara lain masa inkubasi, laju infeksi, insidensi penyakit, intensitas serangan, intensitas busuk umbi saat panen, LBKPP, laju infeksi patogen, efektivitas pengendalian, tinggi tanaman, jumlah daun, bobot daun, bobot akar, dan bobot umbi.

Hasil identifikasi ditemukan tujuh jamur rizosfer antara lain Aspergillus aculeatus Aspergillus nidulans, Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus, Aspergillus tamarii, Aspergillus terreus. Hasil penelitian menunjukkan efektifitas pengendalian layu daun tertinggi yaitu pada perlakuan Aspergillus terreus sebesar 56,80%. Hasil produksi tertinggi pada perlakuan Aspergillus terreus dengan bobot umbi sebesar 34,90 gram. Aspergillus terreus menunjukkan penghambatan yang kuat pada patogen serta dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman karena metabolit Aspergillus terreus ditemukan pada tanaman. Pertumbuhan tanaman yang tinggi dapat meningkatkan daya tahan tanaman terhadap patogen. Perlakuan kontrol menunjukkan bobot umbi yang lebih rendah dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Hal ini karena dalam perlakuan kontrol terdapat aplikasi F. oxysporum sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Aspergillus aculeatus dan Aspergillus fumigatus memiliki efektifitas pengendalian busuk umbi tertinggi yaitu sebesar 76,25% karena diketahui memiliki kemampuan dalam menghasilkan metabolit sekunder yang dapat mengendalikan pertumbuhan jamur patogen.  Busuk umbi sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil produksi bawang merah sehingga nilai intensitas busuk umbi yang rendah diharapkan menghasilkan kuantitas dan kualitas umbi yang dihasilkan.