Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas
penting di Indonesia dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Produksi bawang
merah belum mampu untuk memenuhi kebutuhan lokal dikarenakan adanya beberapa
faktor salah satunya adanya penyakit moler pada bawang merah. Penyakit moler
pada bawang merah disebabkan oleh patogen Fusarium oxysporum f.sp. cepae
(FOCe). Pengendalian patogen F. oxysporum di era sekarang dapat
dilakukan dengan pengendalian secara hayati. Pengendalian tersebut dapat memanfaatkan
agens antagonis yang diharapkan mampu menekan perkembangan patogen. Agens
antagonis dapat ditemukan di rizosfer tanaman pada tanah supresif. Diyasti dan
Lizarmi (2021) menyatakan bahwa tanah supresif merupakan tanah yang memiliki
kemampuan untuk mencegah dan menekan penyakit. Aplikasi jamur rizosfer dapat
menekan perkembangan F. oxysporum penyebab penyakit moler.
Penelitian dilaksanakan bulan Febuari-Maret 2023 di Kabupaten
Brebes, Jawa Tengah, Laboratorium Hama Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan Parangjoro Grogol Sukoharjo. Penelitian lapangan
dilaksanakan di Desa Menur, Parangjoro, Kabupaten Sukoharjo meliputi inokulasi
patogen F. oxysporum dan jamur rizosfer. Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga kali
pengulangan menggunakan metode eksplorasi dan POT. Variabel pengamatan antara lain masa inkubasi, laju infeksi, insidensi
penyakit, intensitas serangan, intensitas busuk umbi saat panen, LBKPP, laju
infeksi patogen, efektivitas pengendalian, tinggi tanaman, jumlah daun, bobot
daun, bobot akar, dan bobot umbi.
Hasil identifikasi
ditemukan tujuh jamur rizosfer antara lain Aspergillus aculeatus Aspergillus nidulans,
Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Aspergillus
fumigatus, Aspergillus tamarii, Aspergillus terreus. Hasil
penelitian menunjukkan
efektifitas pengendalian layu daun tertinggi yaitu pada perlakuan Aspergillus
terreus sebesar 56,80%. Hasil produksi tertinggi pada perlakuan Aspergillus terreus dengan bobot umbi sebesar 34,90 gram. Aspergillus terreus menunjukkan penghambatan yang kuat pada
patogen serta dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman karena metabolit Aspergillus
terreus ditemukan pada tanaman. Pertumbuhan tanaman yang tinggi dapat
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap patogen. Perlakuan kontrol menunjukkan bobot umbi yang
lebih rendah dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Hal ini karena dalam
perlakuan kontrol terdapat aplikasi F. oxysporum sehingga dapat
menghambat pertumbuhan tanaman. Aspergillus aculeatus dan Aspergillus fumigatus memiliki efektifitas pengendalian
busuk umbi tertinggi yaitu sebesar 76,25% karena diketahui memiliki kemampuan
dalam menghasilkan metabolit sekunder yang dapat mengendalikan pertumbuhan
jamur patogen. Busuk umbi sangat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil produksi bawang merah sehingga nilai
intensitas busuk umbi yang rendah diharapkan menghasilkan kuantitas dan
kualitas umbi yang dihasilkan.