Kota-kota besar di Indonesia, termasuk Kota Semarang, sering menghadapi permasalahan kepadatan penduduk dan pemukiman kumuh. Permasalahan ini menyebabkan kebutuhan hunian vertikal yang layak meningkat di Kota Semarang. Salah satu solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan menyediakan rumah susun yang dinilai efektif mengurangi luas pemukiman kumuh. Namun demikian, rumah susun tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai tempat tinggal yang nyaman, aman, dan mendukung interaksi sosial. Oleh karena itu, pendekatan arsitektur perilaku dipilih sebagai langkah untuk menciptakan desain rumah susun dengan didasarkan pada kebutuhan pengguna sekaligus mencegah masalah transformasi ruang yang sering terjadi di rumah susun. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, meliputi perumusan masalah, studi literatur, pengumpulan data, analisis data, penyusunan konsep dan desain. Penelitian ini menghasilkan desain rumah susun yang menerapkan konsep setting perilaku (behavior setting) pada aspek tapak dan peruangan, persepsi lingkungan (environmental perception) pada aspek tapak dan tampilan serta kognisi lingkungan (environmental cognition) pada aspek peruangan untuk menghasilkan desain rumah susun yang fungsional dan mampu mengakomodasi perilaku pengguna rumah susun secara menyeluruh.