;
Nyeri pascaoperasi masih menjadi tantangan signifikan dalam pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan membandingkan efek infus ketamin kontinu dengan infus fentanyl kontinu terhadap nyeri pascaoperasi pada pasien laparotomi. Uji klinis acak tersamar ganda dilakukan pada 24 pasien laparotomi yang dibagi menjadi kelompok ketamin (n=12) dan fentanyl (n=12). Kelompok ketamin menerima bolus 0,2 mg/kg diikuti infus 0,1 mg/kg/jam, sedangkan kelompok fentanyl menerima infus 0,5 mcg/kg/jam. Skor Visual Analog Scale (VAS) dinilai pada 4 dan 8 jam pascaoperasi. Kadar high-sensitivity C-reactive protein (hsCRP) diukur preoperatif dan 6 jam pascaoperasi. Pada 4 jam pascaoperasi, kelompok ketamin menunjukkan skor VAS lebih rendah dibandingkan fentanyl (2,92 vs 5,25, p=0,017). Namun pada 8 jam, tidak ada perbedaan signifikan (6,00 vs 5,75, p=0,514). Kadar hsCRP pascaoperasi lebih rendah pada kelompok ketamin dibandingkan fentanyl (4,58 vs 7,77, p=0,006). Ketamin memberikan analgesia lebih baik pada 4 jam awal pascaoperasi, namun efeknya menurun setelahnya. Ketamin juga lebih efektif dalam mengendalikan respons inflamasi pascaoperasi dibandingkan fentanyl.