Abstrak


Fungsi-Pelaku Pada Tujuh Cerita Tentang Ular Dalam Kebudayaan Jawa


Oleh :
Joko Sujarwo - B0220033 - Fak. Ilmu Budaya

Joko Sujarwo. B0220033. 2024. Fungsi-Pelaku pada Tujuh Cerita Tentang Ular dalam Kebudayaan Jawa. Skripsi: Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta.

 

Penelitian fungsi-pelaku yang dilakukan oleh para peneliti di Indonesia sebagian besar hanya dimuarakan pada akumulasi elemen-elemen fungsi. Padahal, para peneliti dapat melakukan hal yang lebih dari itu yakni memurakan hasil temuan fungsi-pelaku pada pembicaraan keserupaan struktur cerita secara lebih eksplisit. Penelitian fungsi-pelaku dapat dipandang sebagai ajang ilmiah untuk menjelaskan secara objektif indikasi keserupaan dalam cerita, yang dalam penelitian ini adalah tujuh cerita tentang ular dalam kebudayaan Jawa.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (i) Apa saja motif-motif yang terdapat dalam masing-masing cerita tentang ular dalam kebudayaan Jawa, dan (ii) Bagaimana urutan fungsi-pelaku dan keserupaan struktur yang dapat ditemukan untuk cerita tentang ular dalam kebudayaan Jawa?

Tujuan penelitian ini mencakup dua hal, yakni: (i) Mendeskripsikan motif-motif yang terdapat dalam masing-masing cerita tentang ular dalam kebudayaan Jawa, dan (ii) Mendeskripsikan urutan fungsi-pelaku dan keserupaan struktur yang dapat ditemukan untuk cerita tentang ular dalam kebudayaan Jawa.

Penelitian ini merupakan kajian deskriptif-kualitatif. Data primer yang digunakan adalah narasi cerita pada ketujuh cerita tentang ular, sedangkan data sekundernya yaitu wacana tentang fungsi-pelaku, cerita rakyat, dan infomasi lain terkait topik penelitian. Data tersebut diperoleh dengan teknik baca, catat, dan simak. Data primer tersebut diinterpretasi menggunakan cara kerja teori fungsi-pelaku Propp dari pencarian motif-motif, perangkaian kerangka umum fungsi-pelaku, dan pengategorian skema fungsi pada masing-masing cerita.

Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu: (i) buku Antologi Cerita Rakyat Jawa Timur (2011); (ii) buku Cerita Rakyat Dari Grobogan (2016); (iii) buku Ulasan Cerita Rakyat Jawa Timur (2009); (iv) buku Cerita Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta (2004); dan (v) buku Legenda Rawa Pening (2016). Sementara itu, sumber data sekundernya adalah artikel, buku, dan literatur terkait topik penelitian.

Simpulan penelitian ini adalah: (i) masing-masing cerita tersusun atas rangkaian atau urutan motif-motif yang berbeda-beda; (ii) rangkaian motif dalam cerita-cerita itu dapat digeneralisasikan dengan satu urutan fungsi-pelaku dimulai dari fungsi kekurangan (A) hingga hukuman (M) yang sekaligus menunjukkan adanya keserupaan struktur pada tingkat kerangka umum atau genus dalam analogi taksonomi dan pula pada tingkat spesies yang diperoleh dari pengelompokan skema masing-masing cerita melalui ciri khusus berupa kehadiran fungsi |CàDàE| dan |KàLàM|.