Skripsi
dengan judul “Perkembangan Permukiman Eropa di Buitenzorg dan
Perubahannya Menjadi Kamp Interniran Tahun 1917-1946” bertujuan untuk
mengetahui bagaimana perkembangan permukiman Eropa di Buitenzorg dari
awal rencana pembangunan hingga setelah kemerdekaan khususnya Masa Bersiap. Penelitian
ini juga disusun guna menjawab rumusan masalah dalam skripsi ini, yaitu
mengenai sejarah Buitenzorg dan latar belakang dibangunnya permukiman
Eropa di Buitenzorg, perkembangan permukiman Eropa di Buitenzorg
masa kolonial periode 1917-1942, dan situasi permukiman Eropa di Buitenzorg
pasca kedatangan Jepang pada periode 1942-1946.
Penelitian
ini disusun menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari lima tahapan
yaitu pemilihan topik menggunakan kedekatan emosional dan intelektual,
pengumpulan sumber (heuristik) menggunakan studi arsip dan pustaka, verifikasi
atau kritik sumber menggunakan kritik eksternal dan internal guna menguji
keaslian sumber, interpretasi guna mendeskripsikan dari sumber yang telah
terkumpul dan diuji keasliannya, dan penulisan (historiografi) untuk menyusun
tulisan sejarah secara komprehensif dari berbagai sumber yang telah dikumpulkan
yang kemudian dideskripsikan.
Hasil
penelitian ini menunjukan, pertama, sejarah terbentuknya Buitenzorg
hingga menjadi salah satu kota penting di Hindia Belanda dan hal ini membuat
kurangnya lahan permukiman khususnya untuk masyarakat Eropa di Buitenzorg.
Kedua, perencanaan
penataan kota khususnya perluasan permukiman bagi orang Eropa oleh dewan kota Buitenzorg.
Dewan kota mengutus Thomas Karsten di tahun 1917 untuk rencana penataan kota
dan perluasan permukiman Eropa. Ketiga, keadaan Buitenzorg dan
permukiman Eropa Buitenzorg setelah Jepang menguasai Hindia Belanda tahun
1942. Pada rentang tahun 1942-1946 menggambarkan keadaan permukiman Eropa Buitenzorg
yang menjadi kamp interniran.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya segregasi ras pada kota-kota besar Hindia Belanda. Permukiman Eropa Buitenzorg menjadi fokus utama dewan kota untuk terus dikembangkan dengan ruang lingkup dan berbagai fasilitas yang nyaman. Namun, permukiman Eropa dan kenyamanan hidup orang Eropa dirampas begitu Jepang berhasil mengambil alih kekuasaan kolonial tahun 1942 dan permukiman Eropa menjadi kamp interniran. Orang Eropa beserta permukimannya semakin terpojok setelah kemerdekaan Indonesia dan terjadi Masa Bersiap. Ketegangan Masa Bersiap akhirnya membuat orang Eropa masing-masing dikembalikan ke negara asalnya.