Kota Surakarta
yang berperan sebagai Pusat Kegiatan Nasional, menyebabkan pertumbuhan penduduk
di kota ini cukup tinggi. Hal ini berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan
permukiman yang memadai, menyebabkan munculnya permukiman padat dan tidak
beraturan yang membawa pengaruh negatif pada keberlanjutan dan kelayakan huni
suatu kawasan. Salah satunya terjadi di kawasan permukiman kumuh Mojosongo,
yang memiliki luasan kumuh terbesar kedua di Kota Surakarta. Untuk mencapai
kota yang layak huni, pemerintah Kota Surakarta terus berbenah, salah satunya
dari segi peningkatan kualitas permukiman kumuh. Hal ini dibuktikan dengan
terjadinya penurunan yang signifikan terhadap luasan kawasan kumuh Mojosongo
pada tahun 2020 hingga 2024, yang pada awalnya terdapat 18 titik kawasan kumuh
kemudian hanya tersisa 6 titik kumuh. Penelitian ini disusun dengan tujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam peningkatan kualitas
kawasan permukiman kumuh Mojosongo, jika ditinjau dengan konsep kelayakan huni.
Penelitian ini menerapkan pendekatan deduktif dengan menggunakan metode
kuantitatif deskriptif dan teknik analisis faktor. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat 3 faktor yang signifikan mempengaruhi peningkatan kualitas
permukiman kumuh Mojosongo jika ditinjau melalui konsep kelayakan huni, yaitu
faktor infrastruktur dasar lingkungan (ketersediaan fasilitas sanitasi, sumber
air bersih, jaringan sistem pengelolaan sampah, jaringan listrik dan layanan
transportasi umum), faktor status kepemilikan lahan dan faktor kesejahteraan
sosial-ekonomi.