Faktor biologi tanah sangat penting dikaji karena dapat berpengaruh terhadap
kesuburan tanah, kesehatan tanah, dan kegiatan konservasi tanah. Salah satu aspek
biologi tanah yang menjadi indikator kesuburan biologi tanah adalah populasi
fungi. Fungi merupakan pengurai utama yang menjamin ketersediaan unsur hara
anorganik sehingga berperan penting dalam menjaga kestabilan ekosistem.
Populasi fungi dapat dijadikan indikator biologi kesuburan tanah, dimana populasi
fungi yang tinggi menunjukkan kecukupan bahan organik, kecocokan suhu tanah,
dan kecukupan air, serta kesesuaian kondisi ekologi tanah. Kedalaman tanah
menjadi faktor yang dapat mempengaruhi populasi fungi. Kedalaman tanah yang
semakin menurun akan menyebabkan kandungan bahan organik yang semakin
sedikit. Semakin sedikitnya bahan organik, menyebabkan populasi fungi menurun
karena fungi memerlukan bahan organik sebagai sumber energi. Jenis tegakan juga
dapat mempengaruhi populasi fungi. Tegakan yang memuliki tutupan yang rapat
mampu memberikan sumbangan seresah hingga bahan organik tinggi. Bahan
organik yang tinggi mengakibatkan populasi fungi meningkat karena fungi
memerlukan bahan organik sebagai nutrisi. Perbedaan tegakan tersebut dapat
ditemukan di Taman Nasional Gunung Merbabu (TNG-Merbabu) yang meliputi
tegakan puspa, tegakan pinus, dan tegalan. Pengambilan sampel tanah dilakukan di
Taman Nasional Gunung Merbabu (TNG-Merbabu) yang berlokasi di Kecamatan
Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Penelitian dilakukan menggunakan
metode survei secara Stratified Sampling berdasarkan stratifikasi jenis tegakan
(pinus, puspa), dan tegalan yang kemudian dibuat pedon. Pengambilan sampel
dilakukan pada kedalaman 0-10 cm, 10-20 cm, 20- 30 cm, 30-50 cm, 50-70 cm, dan
70-100 cm dengan 3 kali ulangan. Parameter pengamatan meliputi sifat biologi
tanah yaitu populasi fungi tanah, serta parameter pendukung antara lain pH tanah,
kadar lengas tanah, kandungan bahan organik, rasio C/N, dan porositas tanah.
Analisis data menggunakan sidik ragam, DMRT (Duncan’s Multiple Range Test),
regresi, dan korelasi. Hasil penelitian menunjukkan populasi fungi baik pada
tegakan puspa, pinus, dan tegalan menunjukkan kecenderungan yang makin
menurun seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah (0-100 cm) di Andisol.
Populasi fungi tertinggi pada ketiga tegakan didapatkan di kedalaman 0-10 cm dan
berbeda nyata dengan kedalaman lain. Populasi fungi kumulatif tertinggi
didapatkan pada tegakan puspa (6,91 × 10³ cfu/g) diikuti tegakan pinus (4,7 × 10³
cfu/g) serta terendah pada tegalan (2,3 × 10³ cfu/g). Penurunan populasi fungi
terbesar pada semua tegakan didapatkan pada kedalaman dari 0-10 cm ke
kedalaman 10-20 cm dan presentase penurunan paling besar dihasilkan oleh tegalan
sebesar 40,09%. Populasi fungi pada tegakan puspa berkorelasi positif dengan
kandungan bahan organik (r = 0,809**) dan berkorelasi negatif dengan pH tanah (r
= -0,643**) dan kadar lengas (r = -0,591**). Populasi fungi pada tegakan pinus
berkorelasi positif dengan kandungan bahan organik (r = 0,894**) dan berkorelasi
negatif dengan kadar lengas (r = -0,746**). Populasi fungi pada tegalan berkorelasi
positif dengan kandungan bahan organik (r = 0,809**) dan porositas (r = 0,737**)
serta berkorelasi negatif dengan kadar lengas (r = -0,604**). Tidak terdapat korelasi
yang signifikan antara populasi fungi dan rasio C/N pada semua tegakan.