‘Orang pintar’ menjadi salah satu pilihan sumber penyelesaian masalah masyarakat Wonogiri meski hal tersebut bertentangan dengan ajaran agama Islam yang dianut mayoritas masyarakatnya. Fenomena tidak biasa ini berkemungkinan memunculkan disonansi kognitif pada masyarakat yang mencari bantuan kepada ‘orang pintar’. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengeksplorasi pengalaman dan faktor pendorong perilaku mencari bantuan kepada ‘orang pintar’, dan (2) mengeksplorasi pengalaman disonansi kognitif individu yang mencari bantuan kepada ‘orang pintar’. Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif studi kasus. Wawancara mendalam dilakukan pada empat masyarakat Wonogiri bersuku Jawa yang sedang dan/atau pernah mencari bantuan kepada ‘orang pintar’ dan dua partisipan kajian kasus negatif yang diambil menggunakan snowball sampling. Analisis tematik yang dilakukan menghasilkan tiga tema superordinat, yaitu (1) kepercayaan kolektif; (2) refleksi diri; dan (3) perilaku mencari bantuan. Kesimpulan penelitian ini adalah pengalaman individu yang mencari bantuan kepada ‘orang pintar’ dapat digambarkan dari hubungan antar tema dengan kepercayaan kolektif sebagai faktor pendorong intensi dan refleksi diri sebagai hasil pengalaman individu mencari bantuan menjadi penentu munculnya disonansi kognitif yang berfungsi sebagai katalisator untuk tidak melakukan, melakukan, atau mengulang kembali perilaku mencari bantuan kepada ‘orang pintar’.