Penelitian
ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan karakteristik proses berpikir kreatif
siswa SMP Negeri 1 Kebakkramat tahun ajaran 2024/2025 bergaya kognitif
reflektif dalam menyelesaikan soal matematika materi bangun, (2)
mendeskripsikan karakteristik proses berpikir kreatif siswa SMP Negeri 1
Kebakkramat tahun ajaran 2024/2025 bergaya kognitif impulsif dalam
menyelesaikan soal matematika materi bangun datar, serta (3) mengetahui apakah
ada perbedaan karakteristik proses berpikir kreatif siswa SMP Negeri 1
Kebakkramat Tahun Ajaran 2024/2025 bergaya kognitif reflektif dan impulsif
dalam menyelesaikan soal matematika materi bangun datar. Penelitian ini
merupakan penelitian deskripsi kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sumber
data penelitian ini meliputi informan (siswa kelas IX SMP Negeri 1 Kebakkramat)
dan dokumen (hasil pekerjaan, rekaman video, dan rekaman suara). Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara berbasis tugas dengan teknik stimulated recall
interview berbantuan video. Teknik
uji validitas yang digunakan adalah triangulasi waktu. Analisis data dilakukan
secara interaktif mencakup reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan siswa reflektif dan impulsif melalui
keseluruhan tahapan berpikir kreatif Wallas. Pada tahap persiapan, keduanya memahami
soal, menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan, mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan dan menceritakan permasalahan kembali secara lengkap.
Dalam hal ini, keduanya memenuhi aspek fluency, flexibility, dan elaboration,
namun tidak memenuhi aspek originality karena tidak menunjukkan adanya
pemahaman yang unik dan berbeda. Pada tahap ini, siswa reflektif cenderung
membutuhkan waktu lebih lama untuk mencermati soal dan merinci gambar,
sedangkan siswa impulsif langsung memikirkan ide tanpa merinci gambar. Pada tahap inkubasi, keduanya memikirkan ide dengan
diam sejenak, membayangkan dalam pikiran, yang kemudian dituangkan dengan
menggambar. Selain itu, mereka juga mengkaitkan permasalahan dengan pengetahuan
yang dimilikinya. Dalam hal ini, keduanya memenuhi aspek fluency dan elaboration,
namun tidak memenuhi aspek flexibility dan originality karena
tidak memikirkan ide yang unik dan berbeda. Pada tahap ini, siswa impulsif
memiliki kecenderungan untuk memikirkan beberapa ide sekaligus, sedangkan siswa
reflektif cenderung fokus menghasilkan satu ide secara mendalam. Pada tahap
iluminasi, keduanya menghasilkan lebih dari satu ide, menunjukkan adanya ide
yang memiliki konsep serupa, dan merinci ide yang didapatkannya. Dalam hal ini,
keduanya memenuhi aspek fluency, flexibility, dan elaboration,
namun tidak memenuhi aspek originality karena tidak menunjukkan adanya
ide yang baru. Pada tahap ini, siswa reflektif cenderung menghasilkan ide dari
pemikiran yang matang sehingga menghasilkan ide yang beragam, sedangkan siswa
impulsif cenderung menghasilkan ide dengan mengacu pada ide sebelumnya sehingga
tidak berbeda jauh. Pada tahap verifikasi, keduanya menerapkan lebih dari satu
ide dengan berbagai strategi, menguraikan jawaban dengan runtut. Dalam hal ini,
keduanya memenuhi aspek fluency, fluency, dan elaboration. Namun,
aspek elaboration hanya dilengkapi secara keseluruhan oleh siswa reflektif
karena mereka memeriksa jawaban secara menyeluruh, sedangkan siswa impulsif
tidak memeriksa kembali sehingga sering mengalami kesalahan. Pada dasarnya,
siswa reflektif melalui tahapan proses berpikir yang lebih baik daripada siswa
impulsif, namun keduanya belum dapat menghasilkan jawaban yang baru dan unik.