Rumah sakit sebagai institusi
kesehatan memiliki peran penting dalam memberikan pelayanan medis yang aman dan
berkualitas, namun sering kali menimbulkan dampak negatif seperti pencemaran
lingkungan dan penyebaran infeksi, termasuk melalui limbah infeksius dan
non-infeksius. Salah satu masalah utama yang muncul adalah Healthcare-Associated
Infections (HAIs), yang dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas
pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan hasil uji
kultur mikroorganisme pada instrumen medis sebelum dan sesudah sterilisasi,
serta untuk mengevaluasi resistensi antibiotik dan pengaruh penyimpanan
terhadap kontaminasi mikroba pasca-sterilisasi. Pendekatan eksperimen in vitro
dilakukan dengan mengambil sampel instrumen medis dari Central Sterile Supply
Department (CSSD) yang digunakan dalam prosedur medis kritis. Hasil penelitian
menunjukkan adanya kontaminasi mikroorganisme seperti Pseudomonas stutzeri,
Staphylococcus hominis, dan Bacillus sp. pada instrumen medis
sebelum sterilisasi, serta terdeteksi adanya resistensi antibiotik terhadap
beberapa obat seperti Benzylpenicillin, Clindamycin, Tetracycline, dan
Erythromycin. Setelah sterilisasi, meskipun jumlah kontaminasi menurun, Staphylococcus
hominis tetap ditemukan, dengan beberapa resistensi antibiotik tetap
terdeteksi. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan instrumen
medis yang tidak tepat dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme meskipun
instrumen sudah disterilkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
sterilisasi juga termasuk kepatuhan petugas CSSD terhadap prosedur
dekontaminasi. Temuan ini menggarisbawahi pentingnya prosedur sterilisasi yang
ketat dan pengelolaan lingkungan yang baik dalam mencegah HAIs serta menjaga keselamatan
pasien. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam perbaikan
standar prosedur sterilisasi di rumah sakit.