Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) strategi multisensori yang digunakan
dalam aktivitas berbicara anak down syndrome; 2) gangguan bahasa yang
terjadi pada anak down syndrome dari aspek linguistik; 3) respon orang
tua dan guru terhadap penggunaan strategi multisensori; 4) kendala dan cara
mengatasi kendala yang ditemukan dalam aktivitas berbicara anak down
syndrome.
Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis studi kasus. Penelitian
dilakukan di SMPLB Negeri Surakarta dengan melibatkan 3 guru kelas yaitu kelas
7C1, 8C1, dan 9C1, kepala SLB, 6 orang tua siswa down syndrome, dan 6
siswa down syndrome berusia 13-15 tahun sebagai informan penelitian. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Validitas data dilakukan dengan menggunakan triangulasi metode,
sumber, dan teori.
Hasil
penelitian disimpulkan bahwa: 1) strategi
multisensori yang digunakan dalam aktivitas berbicara anak down syndrome
menunjukkan variasi dan adaptasi signifikan pada tiga kelas yang diteliti. Penggunaan
modalitas visual mendominasi dalam penggunaannya. 2) adanya gangguan-gangguan bahasa dari aspek linguistik diantaranya yaitu,
penyimpangan fonologis berupa penghilangan fonem yang cenderung dilakukan oleh
keenam anak down syndrome, dominasi penggunaan jenis morfem bebas, kategori
sintaksis didominasi oleh penggunaan kelas nomina, pada aspek semantik, makna
kata-kata yang diucapkan masih dapat diidentifikasi dan merujuk pada konsep
atau objek yang dimaksud, dari aspek pragmatik, keenam anak down syndrome
melakukan jenis tindak tutur representatif yang mendominasi penggunaannya; 3) respon
orang tua, kepala sekolah, dan guru mengenai penggunaan strategi multisensori
dalam aktivitas berbicara anak down syndrome menunjukkan bahwa strategi
multisensori dipandang sebagai pendekatan yang efektif dan bermanfaat dalam melatih
aktivitas berbicara dan komunikasi anak-anak dengan down syndrome; 4)
kendala umum yang ditemukan dalam penggunaan strategi multisensori yaitu keterbatasan
sumber daya dan waktu serta kurangnya pelatihan untuk guru, oleh karena itu
pihak sekolah harus mengupayakan pelatihan bagi guru, meningkatkan pengadaan
sumber daya pembelajaran multisensori, dan memperkuat kerjasama dengan orang
tua dan terapis.
Implikasi dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan strategi pembelajaran inklusif yang menggunakan strategi multisensori dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk melatih aktivitas berbicara anak down syndrome.