;

Abstrak


KOMUNIKASI CO-CULTURAL DALAM PENGUNGKAPAN IDENTITAS SEKSUAL GAY KEPADA MASYARAKAT


Oleh :
Asep Kiki Saepul Akb - S232008027 - Fak. ISIP

ABSTRAK

ASEP KIKI SAEPUL AKBAR, NIM. S232008027. KOMUNIKASI CO-CULTURAL DALAM PENGUNGKAPAN IDENTITAS SEKSUAL GAY KEPADA MASYARAKAT (STUDI FENOMENOLOGI PADA GAY DI KOTA BANDUNG). TESIS. Pembimbing 1. Dra Prahastiwi Utari, M.Si.,Ph.D. Pembimbing 2. Drs. Ign. Agung Satyawan, S.E.,S.I.Kom.,M.Si.,Ph.D. Program Studi Magister Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Fenomena tingginya angka populasi gay di Kota Bandung memiliki hubungan yang erat dengan diskriminasi yang diterima oleh kelompok tersebut. Diskriminasi dan kekerasan yang dihadapi oleh kelompok gay antara lain pengusiran, ancaman, dan pelanggaran hak. Hal ini disebabkan oleh nilai heteronormatif yang di pegang oleh masyarakat. Meskipun demikian pengungkapan identitas seksual merupakan bentuk ekspresi diri dan pengelolaan hubungan interpersonal, selain itu terdapat situasi dimana kelompok gay terpaksa harus mengungkapkan identitas seksual karena adanya desakan eksternal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi co-cultural gay dalam pengungkapan identiats seksual. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi digunakan dalam penelitian ini. Kerangka teoretis untuk memahami komunikasi co-cultural dalam pengungkapan identitas seksual ini menggunakan teori co-cultural.  Penelitian ini melibatkan delapan individu yang mengidentifikasi memiliki orientasi seksul gay dan memiliki pengalaman mengungkapkan identitas seksualnya.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kelompok gay mengungkapkan identitas seksual hanya kepada orang tua dan teman. Komunitas gay di Bandung menggunakan pendekatan komunikasi non-asertif dan asertif tergantung pada situasi sosial dan motivasi mereka. Pendekatan non-asertif sering kali diterapkan saat berkomunikasi dengan orang tua atau keluarga, terutama ketika pengungkapan identitas terjadi dalam kondisi terpaksa. Sebaliknya, komunikasi asertif digunakan ketika individu gay mengungkapkan identitas seksual mereka kepada teman. Dalam hubungan yang cenderung setara ini, mereka lebih bebas mengekspresikan diri dan memiliki harapan akan penerimaan.