Abstrak


TEKNOLOGI MIKROPROPAGASI DALAM PRODUKSI BENIH ROTAN JERNANG (Daemonorops draco (Willd.) Blume) DENGAN PENAMBAHAN BAP DAN NAA


Oleh :
Vania Setowati Ubayadi - H0720169 - Fak. Pertanian

Rotan jernang (Daemonorops draco (Willd.) Blume) merupakan salah satu spesies rotan yang menghasilkan resin berwarna merah yang menempel pada kulit luar buah atau dikenal dengan nama dragon’s blood. Resin tersebut memiliki potensi dan manfaat yang besar, namun budidaya rotan jernang belum banyak dilakukan. Hal ini disebabkan oleh bahan tanam berupa biji tua yang sulit ditemukan dan adanya dormansi biji. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan perbanyakan rotan jernang secara kultur jaringan. Kultur jaringan dapat dilakukan untuk menyediakan bahan tanam yang seragam, berkualitas, dan dalam jumlah besar. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan bahan tanam vegetatif agar dapat diperbanyak secara in vitro menggunakan media Murashige dan Skoog yang dimodifikasi dengan penambahan zat pengatur tumbuh BAP dan NAA. Penelitian dilaksanakan pada Januari-Juni 2024 di Laboratorium Fisiologi dan Bioteknologi Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktor perlakuan, yaitu konsentrasi BAP dan NAA. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perlakuan A1B3 (BAP 1,5 ppm dan NAA 1,5 ppm) dapat meningkatkan waktu muncul kalus. Perlakuan A2B2 (BAP 3 ppm dan NAA 1 ppm) mampu meningkatkan waktu muncul tunas. Pada variabel persentase muncul tunas, perlakuan A0B1 (BAP 0 ppm dan NAA 0,5 ppm), A0B3 (BAP 0 ppm dan NAA 1,5 ppm), A2B0 (BAP 3 ppm dan NAA 0 ppm), A3B0 (BAP 5 ppm dan NAA 0 ppm), dan A3B1 (BAP 5 ppm dan NAA 0,5 ppm) menghasilkan persentase terbaik. Perlakuan A0B0 (BAP 0 ppm dan NAA 0 ppm) dapat meningkatkan waktu muncul akar. Persentase muncul akar terbaik ditunjukkan pada perlakuan kontrol dan perlakuan dengan penambahan auksin tunggal. Perlakuan A0B3 (BAP 0 ppm dan NAA 1,5 ppm) menghasilkan jumlah akar terbaik, sedangkan perlakuan A2B0 (BAP 3 ppm dan NAA 0 ppm) menghasilkan panjang akar terbaik.