Di Kota Surakarta, terdapat skybridge yang menghubungkan Stasiun Solo Balapan dan Terminal Tirtonadi dengan peran penting dalam meningkatkan efisiensi dan konektivitas transportasi intermoda. Skybridge ini berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan kawasan terminal dan stasiun, pada saat ini memiliki akses terbatas hanya untuk penumpang yang memiliki tiket kereta. Namun, penggunaan fasilitas ini masih rendah ditandai dengan rata-rata pengguna harian hanya 100 orang disbanding dengan rata-rata pengguna harian Kawasan transit + 40.000 orang perharinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat urgensi skybridge dalam mendukung interaksi antar wilayah di Kawasan transit. Data diperoleh dengan menggunakan survey primer dengan kuesioner dan observasi, dan survey sekunder dengan kajian pustaka dan data instansi terkait. Metode analisis yang digunakan adalah analisis pola pergerakan dan model gravitasi untuk mengukur nilai interaksi antarwilayah. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai interaksi skybridge dengan wilayah lain relative rendah dan tidak adanya pergerakan internal yang dilakukan pengguna kawasan transit. Hal ini mengindikasikan bahwa potensi pergerakan yang mungkin terjadi dari wilayah di sekitar kawasan transit (skybridge) rendah, mengindikasikan rendahnya urgensi skybridge dalam mendukung pergerakan di sekitar kawasan transit Solo Balapan dan Terminal Tirtonadi.