Abstrak


Dinamika Pakeliran Sayoko Gondo Saputro Tahun 1973 - 2013


Oleh :
Distya Niken Wulansari - B0418014 - Fak. Ilmu Budaya

ABSTRAK

Distya Niken Wulansari. B0418014. 2025. Dinamika Pakeliran Sayoko Gondo Saputro Tahun 1973 – 2013. Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Penelitian ini membahas tentang Sayoko Gondo Saputro sebagai seorang dalang yang berasal dari Jatinom, Klaten yang berbeda dengan dalang lainnya pada masa orde baru. Perbedaan itu terletak pada ideologi pedalangannya yang dibentuk berdasarkan pengalaman masa lalunya. Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat permasalahan : (1) bagaimana perkembangan kesenian wayang kulit purwa di Indonesia tahun 1973 – 203 ; (2) bagaimana latar belakang kehidupan Sayoko Gondo Saputro sebagai seorang dalang ; (3) bagaimana pesan politik dan kritik sosial dalam pakeliran Sayoko Gondo Saputro tahun 1973 – 2013. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kondisi sosial, ekonomi dan afiliasi politik pada ideologi pedalangan Sayoko dan bagaimana pengaruhnya pada pesan yang disampaikan dalam pakeliran Sayoko Gondo Saputro. 

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari Pemilihan topik, Pengumpulan Sumber (Heuristik), Kritik Sumber (Verifikasi), Interpretasi dan Historiografi. Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Rekaman audio – visual pertunjukan wayang Sayoko Gondo Saputro; (2) Wawancara dengan Sayoko Gondo Saputro, kru pertunjukan dan penonton pertunjukannya; (3) Surat kabar sezaman yang memuat tentang wayang, dalang dan kebijakan pemerintah; (4) Dokumen – dokumen peraturan pemerintah dan notulensi pertemuan dalang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wayang sejak dulu digunakan sebagai alat propaganda dan legitimasi kekuasaan melalui peran sentral seorang dalang. Hal ini membuat dalang sejak setelah kemerdekaan hingga masa orde baru selalu berada dalam pengaruh otoritas penguasa yang membatasi kebebasan berekspresi dalang termasuk dalam mengkritik. Sayoko Gondo Saputro hadir sebagai dalang yang berani melawan otoritas orde baru dengan menggunakan pakelirannya sebagai alat kritik sosial dan simbol perlawanan terhadap pemerintah orde baru. Sayoko Gondo Saputro menggunakan pola penyampaian pesan melok. medhang miring dan nyampar pikolih dalam menyampaikan pesan pada pakelirannya. Dalam hal ini, pesan – pesan di dalam pakelirannya sangat dipengaruhi oleh ideologi pedalangannya yang terbentuk karena kondisi psikologi dan pengalaman masa lalunya.

Kesimpulan yang di dapatkan adalah pada masa orde baru berdasarkan ideologi pedalangannya, menjadikan Sayoko sebagai dalang emansipator yang menjadikan wayang sebagai alat perlawanan terhadap pemerintah orde baru. Pada masa reformasi, ideologi pedalangannya berubah yang menjadikannya sebagai dalang reproduktor dengan menjadikan wayang sebagai alat legitimasi dan penyampai kepentingan partai politik yang didukungnya. 

Kata Kunci : Wayang, Sayoko Gondo Saputro, Kritik Sosial