Brokoli memiliki peluang ekonomi yang menguntungkan. Adopsi usatahani brokoli organik dapat menjadi solusi untuk meningkatkan pendapatan petani. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi keuangan dan perbedaannya antara usahatani brokoli organik dan nonorganik, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi petani dalam mengadopsi brokoli organik. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Lokasi penelitian dipilih secara purposive di Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Penentuan sampel menggunakan metode purposive dengan jumlah 100 responden, terdiri dari 50 petani brokoli organik dan 50 petani brokoli non-organik. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner serta data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), dinas pertanian, dan lembaga penyuluhan pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi keuangan pertanian brokoli organik dan nonorganik per hektar mencakup total biaya rata-rata sebesar Rp67.150.132,00 dan Rp68.927.525,00; penerimaan sebesar Rp243.564.516,00 dan Rp120.878.261,00; pendapatan sebesar Rp227.211.830,00 dan Rp105.929.222,00; keuntungan sebesar Rp176.414.384,00 dan Rp51.950.736,00; serta efisiensi sebesar 3,66 dan 1,75. Hasil uji independent sample t-test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan pertanian brokoli organik dan non-organik. Hasil uji regresi logistik biner menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi keputusan untuk mengadopsi brokoli organik di Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, adalah usia dan penyuluhan. Solusi untuk meningkatkan produksi brokoli pada lahan yang terbatas, petani disarankan untuk memaksimalkan penggunaan input produksi seperti benih berkualitas tinggi, pupuk berkualitas, dan pengendalian hama secara teratur.
