Jahe merah (Zingiber officinale Var. Rubrum) merupakan salah satu tanaman yang banyak digunakan manusia sebagai bahan bumbu makanan, minuman, dan obat-obatan. Peningkatan konsumsi jahe merah membuat petani kesulitan untuk memenuhi permintaan seiring dengan penurunan luas lahan produksi jahe. Jahe merah merupakan tanaman yang tahan terhadap naungan sehingga dapat dibudidayakan secara agroforestri sebagai solusi penurunan lahan produksi jahe dan lonjakan permintaan. Namun dalam sistem agroforestri muncul persaingan antara pohon dan tanaman sela, serta immobilisasi unsur hara yang dapat diatasi dengan pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kegemburan tanah. Kekurangan lainnya adalah intersepsi cahaya oleh tegakan yang dapat diatasi dengan pemangkasan untuk mengelola intensitas cahaya meningkatkan transmisi cahaya untuk tanaman sela. Penelitian dilaksanakan di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar pada bulan November 2023 - Mei 2024. Metode penelitian adalah percobaan dengan menggunakan Rancangan Petak tersarang 2 faktor, yaitu pemangkasan tegakan dengan 2 macam (tanpa pemangkasan dan pemangkasan cabang 25% kanopi bagian bawah) dan jenis pupuk dengan 4 macam (anorganik (urea, SP-36, KCl) 300 kg/ha, kompos limbah tongkol jagung, kompos limbah ekstraksi indigofera, dan kotoran kambing 20 ton/ha). Hasil percobaan menggunakan pupuk organik memberikanhasil dan volume rimpang lebih tinggi daripada pupuk anorganik. Pemberian pupuk organik kotoran kambing, jumlah anakan, hasil rimpang, volume rimpang, dan serapan P lebih tinggi daripada tongkol jagung dan limbah ekstraksi indigofera.