Abstrak


Ketahanan Finansial Pekerja Gig Sektor Transportasi: Studi Kasus pada Platform Single Service dan Multi Service di Kota Surakarta


Oleh :
Fikki Oktavia Eka Saputri - F0121095 - Fak. Ekonomi dan Bisnis

Fenomena gig economy mengalami perkembangan pesat di Indonesia dengan meningkatnya jumlah pekerja mandiri digital berbasis platform single service dan multi service. Fleksibilitas kerja dalam sektor ini menjadi daya tarik utama, namun status pekerja gig sebagai mitra tanpa perlindungan sosial, kepastian pendapatan, dan jaminan kerja menimbulkan tantangan dalam ketahanan finansial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi peluang ketahanan finansial pekerja gig di Kota Surakarta, membandingkan tingkat ketahanan finansial antara platform single service dan multi service, serta mengeksplorasi dinamika yang dihadapi pekerja gig dalam aspek ketidakstabilan pendapatan, regulasi, serta prospek masa depan. Platform yang dikaji terdiri dari ShopeeFood, Maxim, Grab, dan Gojek. Kota Surakarta dipilih sebagai lokasi penelitian karena merepresentasikan karakteristik kota besar non-metropolitan dengan perkembangan ekonomi digital yang dinamis. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed-methods dengan metode kuantitatif melalui model regresi logistik biner untuk mengidentifikasi determinan ketahanan finansial serta uji Chi-Square Pearson untuk menganalisis perbedaan tingkat ketahanan finansial antar platform. Pendekatan kualitatif menggunakan data primer dari wawancara dan data sekunder dari jurnal, yang dianalisis dengan perangkat lunak ATLAS.ti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia, pendapatan, pendidikan, dan variasi platform berpengaruh signifikan terhadap peluang ketahanan finansial pekerja gig. Pekerja di platform single service memiliki ketahanan finansial lebih rendah dibandingkan pekerja di platform multi service. Meskipun pekerjaan ini menawarkan fleksibilitas dan potensi penghasilan, tantangan seperti kontrol algoritma, biaya operasional tinggi, serta minimnya perlindungan sosial masih dihadapi. Oleh karena itu, diperlukan regulasi yang lebih jelas terkait status hukum, jaminan pendapatan, dan perlindungan sosial, serta kebijakan platform yang lebih adil. Peningkatan akses pelatihan dan pengembangan kompetensi menjadi langkah strategis dalam memperkuat ketahanan finansial pekerja gig.