Abstrak
Kajian pembelahan umbi benih dan perendaman dalam giberelin pada pertumbuhan dan hasil tanaman kentang (solanum tuberosum l.)
Oleh :
Tuti Ratnasari - H0105086 - Fak. Pertanian
RINGKASAN
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu dari lima sumber karbohidrat dunia. Permintaan kentang di Indonesia semakin meningkat baik untuk konsumsi maupun industri. Namun permintaan yang semakin tinggi ini tidak diimbangi dengan peningkatan produksi. Produksi kentang masih terkendala kelangkaan dan tingginya harga umbi benih. Salah satu siasat mengatasi kedua permasalahan tersebut adalah menghemat umbi benih dengan perlakuan pembelahan dengan perlakuan giberelin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jumlah belahan umbi benih dan konsentrasi giberelin yang tepat untuk budidaya kentang.
Pelaksanaan penelitian dalam dua tahap yaitu persemaian umbi benih dan penanaman di lahan. Penelitian disusun secara faktorial menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Faktor perlakuan adalah konsentrasi giberelin (0 ppm, 5 ppm, 10 ppm dan 20 ppm) dan jumlah belahan umbi benih (tidak dibelah, dibelah 2, dibelah 3, dan dibelah 4). Berdasarkan hal itu maka terdapat 16 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi diulang sebanyak 3 kali. Variabel penelitian meliputi saat mucul dan persentase tumbuh sprout, jumlah sprout per belahan umbi, panjang sprout per belahan umbi, tinggi tanaman, jumlah batang per rumpun tanaman, berat kering brangkasan, berat umbi per sampel, berat umbi per petak, jumlah umbi per petak, dan klasifikasi umbi per petak. Analisis data persemaian dilakukan secara deskriptif dengan uji t berpasangan sedangkan data di lahan dan data panen dilakukan dengan uji F tingkat kepercayaan 95%, bila berbeda nyata dilanjutkan dengan DMRT taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persemaian umbi benih tidak dibelah dan dibelah pada arang sekam berhasil menumbuhkan sprout 100%. Perendaman dalam giberelin dapat mempercepat kemunculan sprout, namun konsentrasi giberelin tidak berpengaruh pada saat muncul dan persentase muncul sprout. Panjang sprout secara umum optimum pada belahan 3 dan konsentrasi giberelin 20 ppm. Konsentrasi giberelin berpengaruh pada tinggi tanaman dan jumlah batang per rumpun tanaman dengan konsentrasi terbaik secara berturut-turut 20 ppm dan 10 ppm. Umbi benih dibelah 2 merupakan perlakuan terbaik dengan hasil 4,1 ton/ha dan potensial hasil pada penanaman bulan Januari sebesar 8,25 ton/ha. Penggunaan umbi dengan dibelah 2 dapat menghemat umbi benih hingga 100%.
SUMMARY
The potato (Solanum tuberosum L.) was one of five world’s carbohydrate sources. The demand of potato in Indonesia was increasing either for consumption or industry. But this increasing was imbalanced with the increasing of production. The production of potato was constraint by the rare and expensive cost of tuber seed. One of strategies to overcome both problems was tuber seed thrift by cutting tuber seed into pieces with gibberellins treatment. The purpose of this research was obtaining exact number of cut-piece tuber seed and concentration of gibberellins for potato cropping.
The research was conducted on two stages, were tuber seed seedling and field cropping. Research arranged in factors using Randomized Completely Block Design (RCBD). Factors of treatment were concentration of gibberellins (0 ppm, 5 ppm, 10 ppm, and 20 ppm) and number of cut-piece tuber seed (without slicing, 2 pieces, 3 pieces, and 4 pieces). Based on these treatments, obtained 16 combinations of treatments and each combination was replicated three times. Variables observed were timing of sprouting and sprouting percentage, number of sprout per tuber piece, length of sprout per tuber piece, height of plant, number of stem per shrub, weight of tuber per crop, weight of tuber per plot, number of tuber per plot, and classification of tuber per plot. Data obtained from seedling analyzed descriptively using paired t-test while data obtained from field cropping and harvesting analyzed with F test at 95% level of confident and continued with Duncan Multiple Ranged Test (DMRT) at 5%.
Research result showed that whole tuber seed and cut-piece tuber seed seedling on husk charcoal were sprouting 100%. Gibberellins treatment accelerated sprouting, but different concentration served the same effect on sprouting time and percentage of sprouting. Length of sprout generally optimum on 3 pieces tuber seed and gibberellins at concentration 20 ppm. Concentration of gibberellins served significant effect on height of plant and number of stem per shrub at concentration of 20 ppm and 10 ppm respectively. Two pieces of tuber seed was the best number of slicing, yielding 4.1 tons/ha and yield potential in cropping at January up to 8.25 tons/ha. Using 2-pieces of tuber seed thrifty tuber seed up to 100%.