Abstrak


Perbandingan efek penambahan carbon aktif dari arang tempurung kelapa dengan arang kayu lamtoro dalam ransum konsentrat tinggi terhadap performan domba lokal jantan


Oleh :
Edi Sucipto - H0505025 - Fak. Pertanian

ABSTRAK Domba merupakan salah satu ternak yang mempunyai potensi besar untuk dikembangbiakan sebagai penyedia daging. Salah satu faktor keberhasilan usaha ternak domba sangat ditentukan oleh pakan. Sistem pemeliharaan ternak domba di Indonesia masih bersifat tradisional dimana pemberian pakannya hanya mengandalkan hijauan saja, menyebabkan kebutuhan nutrien domba belum tercukupi. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, ternak domba harus diberi pakan tambahan yaitu konsentrat. Dalam industri peternakan untuk mendapatkan pertumbuhan yang cepat dan optimal, biasanya peternak memberikan imbangan konsentrat dan hijauan sebesar 80 : 20. Tetapi pemberian imbangan pakan tersebut dapat mengganggu proses metabolisme pakan di dalam rumen ternak. Oleh karena itu, ditambahkan feed aditive berupa arang aktif yang berfungsi sebagai buffer yang dapat menjaga pH rumen tetap normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parbandingan sumber carbon aktif dari arang tempurung kelapa (ATK) dan arang kayu lamtoro (AKL) dalam ransum konsentrat tinggi terhadap performan domba lokal jantan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6 juli - 27 September 2009, di Mini Farm Jurusan/Progam Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang berlokasi di Jatikuwung, Gondangrejo, Karanganyar, Kabupaten Karanganyar. Materi Penelitian ini menggunakan 16 ekor domba lokal jantan dengan rata-rata bobot 13.5 ± 0.447 kg. Ransum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari rumput raja dan konsentrat dengan perbandingan 20 %: 80 %, konsentrat yang terdiri dari jagung giling 28 %, bungkil kedelai 9 %, dedak 63 %, arang tempurung kelapa (ATK) 0,6 % dan arang kayu lamtoro (AKL) 0,6 % dan terdiri dari dua perlakuan yaitu P1 (Konsentrat 80 % + Rumput Raja 20 % + 0,6 % arang tempurung kelapa), P2 (Konsentrat 80 % + Rumput Raja 20 % + 0,6 % arang kayu lamtoro). Setiap perlakuan terdiri dari delapan ulangan dan setiap ulangan terdiri dari satu ekor domba. Data yang dikoleksi adalah konsumsi Pakan, Pertambahan bobot badan harian, Konversi Pakan, Efisiensi Penggunaan Protein ransum. Data yang diperoleh di analisis menggunakan Uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata – rata dari kedua macam perlakuan yaitu P1 dan P2 berturut – turut untuk konsumsi pakan yaitu: 961.67 dan 961.08 g/ekor/hari, Pertambahan bobot badan harian 106.89 dan 105.61 g/ekor/hari, Konversi pakan 9.246 dan 9.379 dan Efisiensi Penggunaan Protein Ransum 0.836 dan 0.827. Hasil analisis uji-t terhadap konsumsi pakan, Pertambahan bobot badan harian, konversi pakan dan efisiensi penggunaan protein ransum menunjukkan hasil berbeda tidak nyata. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan carbon aktif dari arang tempurung kelapa ataupun arang kayu lamtoro pada level 0,6 % dalam ransum konsentrat tinggi dapat digunakan sebagai buffer untuk mencegah kejadian acidosis dan tanpa mempengaruhi konsumsi pakan, PBBH, Konversi pakan, Efisiensi penggunaan protein ransum. Kata kunci: ATK, AKL, domba lokal jantan, performan. ABSTRACT Sheep was a potential livestock as meat producer. One of the factors of the successful effort in sheep livestock is really influenced by feed. Safeguarding system of sheep livestock in Indonesia was still traditional where they were only given the feed of with grass, it causes the nutrient necessary of the sheep is not fill enough. To get the best sheep product, the sheep must be given another feed It is concentrate. In livestock industry, to get faster and optimum result, breeders usually give the balancing feed between concentrate and greenery about 80 % : 20 %. However, by giving the balancing feed can disturb the process of feed metabolism in ruminal. Therefore, it needs to give feed additive function as buffer that can keep pH ruminal to stay normal. This research was purposed to investigate the comparison between coconut shell charcoal active carbon and leucaena glauca charcoal in high concentrate for the performance of local male sheep. This research was conducted from July 6th up to September 27th, 2009 in Mini Farm of Animal Science Department of Agriculture Faculty of Sebelas Maret University which is located in Jatikuwung, Gondangrejo, Karanganyar. The material of this research used 16 male local sheeps with weight average was 13.5 ± 0.447 Kg. The ration that was used in this research consist of the king grass and concentrate with the comparison 20% : 80%, concentrate consist of 28% mill corn, 9% soybean, 63% bran, 0,6% shell coconut charcoal and 0,6% luecaena glauca charcoal. There are two treatments in this research, those are P1 (80% concentrate + 20% King grass + 0,6 % coconut shell charcoal), P2 (80% concentrate + 20% King grass + 0,6 % leucaena glauca charcoal). In every treatment consist of eight repetitions and each replications consists of one sheep. The parameters that were observed are feed consumption, average daily gain, feed conversion and the efficiency of using protein ration. The result analysis by t-test showed that the average of both treatments P1 and P2 continually for feed consumption were: 961.67 and 961.06 gram/head/day, average daily gain 106.89 and 105.61 gram/head/day, feed conversion 9.246 and 9.379, and the efficiency of protein ration 0.836 and 0.827. The result of the t-test analysis to feed consumption, average daily gain and the efficiency of protein ration showed that there is not significant difference. The result of the research can be conclusion that the additional carbon active from coconut shell charcoal or leucaena glauca charcoal in the level 0,6% in high concentrate ration use a buffer to prevent the occurrence acidosis and doesn’t have influence toward feed consumption, average daily gain, feed conversion, the efficiency of protein ration. Key words : Carbon active coconut shell charcoal, Carbon active leucaena glauca charcoal, local male sheep and performance.