Cacing tanah merupakan bioindikator keanekaragaman hayati. Cacing tanah mendekomposisi bahan organik dengan bantuan bakteri yang ada di dalam tubuhnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pengelolaan sawah terhadap diversitas, kepadatan dan biomassa cacing tanah serta bakteri simbion dari tubuh cacing tanah. Metode yang digunakan adalah deskriptif eksploratif pada lima sistem pengelolaan sawah yang masing-masing diambil 5 ulangan. Pengambilan sampel menggunakan metode monolith 25x25x30 cm³, yang setiap ulangan diambil 3 monolith. Pengambilan sampel berdasarkan pada sistem pengelolaan sawah yaitu organik 15 tahun, organik 10 tahun, organik 7 tahun, semi organik dan konvensional. Bakteri mikrosimbion diisolasi dari tubuh cacing tanah menggunakan metode dilution dan plate count pada media Nutrient Agar. Analisis data menggunakan ANOVA, DMRT, dan Korelasi Pearson.Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks keragaman jenis ShannonWiener cacing tanah yaitu 0 (rendah) karena hanya ditemukan Pontoscolex corethrurus saja. Kepadatan cacing tanah tertinggi ditemukan pada sawah organik 15 tahun (154 ekor/m²) dan terendah pada sawah konvensional (84ekor/m²). Biomassa cacing tanah tertinggi yaitu pada lahan organik 7 tahun dengan berat 2,78 g/m² dan terendah yaitu pada pengelolaan lahan organik 15 tahun dengan berat 1,11 g/m². Kepadatan koloni bakteri cacing tanah dari lahan sawah organik 15 tahun, 10 tahun dan 7 tahun, semi organik dan konvensional berturut-turut yaitu 13,8 x 1016; 13,1 x 1016 ; 19,4 x 1016; 11,7 x 1016 dan 14,9 x 1016 CFU/g. Terdapat 14 jenis isolat bakteri mikrosimbion dengan morfologi berbeda pada cacing tanah, terdiri dari :11 bakteri gram negatif, 3 bakteri gram positif, serta 13 sel bakteri berbentuk basil dan 1 sel bakteri berbentuk coccus. Penelitian ini menunjukkan bahwa sawah organik 15 tahun merupakan pengelolaan terbaik dan memberikan pengaruh positif terhadap kelimpahan cacing tanah