Pertumbuhan
ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah kegiatan
perdagangan internasional yang meliputi ekspor dan impor. Ekspor merupakan
aktivitas menjual barang dan jasa ke pasar global serta menjadi kegiatan
perdagangan internasional yang mampu menambah devisa negara dan membiayai
impor. Volume ekspor suatu negara tentu selalu fluktuatif yang diakibatkan oleh
banyak hal. Oleh sebab itu, perlu dilakukan peramalan volume ekspor di masa
mendatang agar mampu menjadi acuan dalam menyikapi fluktuasi yang terjadi.
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa komoditas ekspor Indonesia diklasifikasikan
dalam dua sektor utama, yaitu migas dan non migas. Data volume ekspor yang
memiliki struktur hierarki dengan sektor utama sebagai level rendah dan total
ekspor sebagai level tinggi, sehingga menjadikan pemodelan hierarchical time
series dapat diterapkan. Hierarchical time series memiliki
beberapa pendekatan yang umum digunakan, seperti pendekatan bottom-up dan
top-down. Pendekatan top-down dibagi berdasarkan data yang
digunakan dalam perhitungan proposi, yaitu Top-Down Historical Proportion (TDHP)
dan top-down proporsi data ramalan. SARIMA digunakan
sebagai model peramalan dengan MAPE sebagai evaluasi model. Penelitian
menunjukkan bahwa model yang digunakan untuk meramalkan total ekspor di
masa mendatang adalah pendekatan bottom-up dengan MAPE 11,96%, model terbaik untuk migas adalah pendekatan top-down proporsi
data ramalan dengan MAPE 15,55%, dan model terbaik
untuk non migas adalah SARIMA dengan MAPE 12,24%.