Abstrak


Analisis Rantai Nilai Komoditas Kubis (Brassica oleracea L.) di Kabupaten Karo, Sumatera Utara


Oleh :
Lory Br Ginting Munthe - H0821064 - Fak. Pertanian

Kabupaten Karo merupakan salah satu sentra produksi hortikultura, khususnya kubis.  Kubis adalah komoditas hortikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan.  Permintaan kubis yang tinggi di dalam maupun di luar negeri seringkali dihadapkan oleh berbagai permasalahan seperti saluran pemasaran yang terlalu panjang, rantai nilai yang belum maksimal, harga kubis yang tidak stabil dan akses pasar yang terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rantai nilai kubis, mengetahui nilai farmer’s share kubis, serta mengetahui strategi perbaikan (upgrading) pada rantai nilai kubis di Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Metode dasar penelitian adalah deskriptif analitik. Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive di tiga kecamatan yang memiliki produksi kubis tertinggi yaitu Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Naman Teran dan Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Metode penentuan sampel petani dan lembaga pemasaran dilakukan dengan teknik purposive sampling dan snowball sampling sehingga diperoleh petani sebanyak 60 orang, pedagang pengumpul desa 2 orang, pedagang pengumpul kecamatan 3 orang, pedagang pengecer 3 orang, pedagang besar 13 orang dan eksportir 5 orang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah value chain analysis, analisis biaya, keuntungan, margin dan efisiensi pemasaran, dan upgrading value chain.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 7 jenis pola saluran pemasaran kubis di Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan enam pelaku rantai nilai yaitu petani, pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang pengecer, pedagang besar, dan eksportir. Berdasarkan nilai persentase margin pemasaran dan farmer’s share, saluran II merupakan saluran yang paling efisien dikarenakan memiliki nilai persentase margin pemasaran yang paling rendah dan memiliki nilai farmer’s share paling tinggi dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya. Peningkatan rantai nilai diidentifikasi dalam beberapa aspek peningkatan yaitu farm management upgrading, upgrading of governance structure, dan perbaikan sistem agribisnis.