Abstrak
Pengaruh pryda claw nailplate dan perekat terhadap kuat lentur balok kayu pada sambungan miring ( scarf Joint )
Oleh :
Adik Kurniawan - - Fak. Teknik
ABSTRAK
Penyediaan bentang kayu untuk memenuhi pembangunan saat ini membutuhkan
kayu yang cukup panjang dan besar dimensinya, sedangkan panjang kayu yang
tersedia di pasaran sangatlah terbatas. Untuk memperoleh kayu dengan bentang
yang panjang diperlukan penyambungan. Kegagalan pada suatu struktur yang
memakai sambungan sering disebabkan oleh gagalnya sambungan. Oleh karena
itu, pada penyambungan kayu perlu diketahui pengaruh jenis sambungan dan alat
sambungnya terhadap perilaku mekanikanya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
laboratorium. Dalam penelitian ini menggunakan dua macam benda uji yaitu:
benda uji pendahuluan dan benda uji kuat lentur sambungan. Kemudian dari hasil
uji pendahuluan dapat digunakan untuk menentukan panjang kritis (Lcr) benda uji
kuat lentur. Benda uji kuat lentur meliputi benda uji kuat lentur balok tanpa
sambungan dan benda uji balok dengan sambungan miring (scarf joint). Jumlah
benda uji kuat lentur adalah 12 buah balok dengan tiga variasi, masing-masing
variasi dibuat 3 buah balok uji yaitu Balok Tanpa Sambungan (BTS), Sambungan
Miring (scarf joint) variasi 1, 2, dan 3. Pengujian balok dilakukan dengan
pembebanan statik untuk kondisi pada jarak sepertiga bentang dari tumpuan (third
loading point). Pembebanan dihentikan apabila balok telah mengalami kerusakan.
Hasil pengujian kuat lentur balok tanpa sambungan diperoleh kuat lentur sebesar
720,20 kg/cm2
dan modulus elastisitas sebesar 132676,44 kg/cm2
, sedangkan hasil
pengujian kuat lentur sambungan miring (scarf joint) variasi 1, 2, 3 berturut-turut
adalah 163,63 kg/cm2
; 218,09 kg/cm2
; 238,67 kg/cm2
dan besarnya modulus
elastisitas berturut-turut adalah 68918,88 kg/cm2
; 80824,67 kg/cm2
; 93714,26
kg/cm2
. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sambungan miring variasi 3 dapat
menjadi alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan sambungan miring variasi
1, 2. Peningkatan yang terjadi secara linier tersebut diakibatkan adanya aksi
komposit sehingga mengalami transformasi tegangan pada penampang balok.