Permasalahan yang sering muncul akibat pengelolaan obat rusak dan obat kedaluwarsa yang tidak tepat, baik dalam penyimpanan maupun pembuangan, meliputi penyalahgunaan obat, kerusakan lingkungan, resistensi antibiotik, dan penurunan efektivitas terapi. Permasalahan ini sering kali disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat, yang dapat dipengaruhi oleh berbagai karakteristik individu, seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan serta hubungan karakteristik pasien rawat jalan puskesmas di wilayah Surakarta dengan tingkat pengetahuan terhadap pengelolaan obat rusak dan obat kedaluwarsa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik noneksperimental dengan desain studi cross-sectional, yang dilakukan melalui survei menggunakan kuesioner. Sampel penelitian terdiri dari 400 pasien rawat jalan puskesmas di wilayah Surakarta yang dipilih dengan metode accidental sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kuesioner yang digunakan telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2024 hingga Januari 2025. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tingkat pengetahuan pasien rawat jalan puskesmas di wilayah Surakarta terhadap pengelolaan obat rusak dan obat kedaluwarsa dalam kategori baik sebanyak 230 orang (57,50%) dan kurang sebanyak 170 orang (42,50%). Analisa data bivariat menggunakan uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara karakteristik pasien rawat jalan puskesmas di wilayah Surakarta yang meliputi jenis kelamin (p=0,000), usia (p=0,000), pendidikan (p=0,000), dan pekerjaan (p=0,000), dengan tingkat pengetahuan terhadap pengelolaan obat rusak dan kedaluwarsa dengan nilai signifikansi p-value < 0 p=0,117),>