Abstrak


Transformasi Tradisi Sembogo pada Tata Rias Pengantin Jawa: Studi Kasus Komunitas Rias Paes Ayu di Surakarta


Oleh :
Virginnia Kusuma Dewanti - D0321111 - Fak. ISIP

Tradisi sembogo merupakan salah satu prosesi dalam tata rias pengantin adat Jawa yang dilakukan oleh perias sembogo dengan meniupkan asap rokok ke bagian tertentu pada pengantin. Ritual ini dipercaya dapat memancarkan aura kecantikan dan memberikan keberkahan bagi pernikahan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, sembogo mengalami transformasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan yang terjadi pada tradisi sembogo, faktor-faktor yang menyebabkan transformasi, serta dampaknya terhadap tata rias pengantin Jawa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus Komunitas Rias Paes Ayu di Surakarta. Penelitian ini dianalisis menggunakan teori Interaksionisme Simbolik oleh Herbert Blumer, yang berfokus pada tiga konsep utama, yaitu meaning (makna), language (bahasa), dan thought (pemikiran), untuk memahami bagaimana makna tradisi Sembogo dibentuk, dinegosiasikan, dan diinterpretasikan melalui interaksi sosial. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sembogo mengalami pergeseran dari praktik tata rias pengantin Jawa menjadi wacana budaya yang lebih sering diajarkan dalam seminar atau kursus rias dibandingkan dipraktikkan langsung dalam pernikahan. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi transformasi ini meliputi perubahan pola pikir terhadap konsep kecantikan, pergeseran gaya hidup yang lebih efisien, meningkatnya religiusitas, pengaruh globalisasi dan media sosial, serta perubahan lingkungan sosial yang semakin modern. Dampaknya, praktik sembogo semakin jarang dilakukan dalam pernikahan adat Jawa, profesi perias sembogo beralih lebih kepada edukasi dan pelestarian budaya, serta tata rias pengantin lebih banyak mengadopsi tren riasan modern tanpa ritual adat. Transformasi ini menunjukkan bahwa tradisi budaya dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa sepenuhnya kehilangan makna simboliknya.