Revitalisasi yang terjadi pada kawasan Objek Wisata Panorama memberikan dampak bagi masyarakat sekitar. Dampak yang terjadi membuat masyarakat mengalami perubahan sosial di lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan sosial pasca proses revitalisasi dan strategi adaptasi apa saja yang digunakan masyarakat Desa Nepen dalam menghadapi perubahan sosial. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh berasal dari data primer yaitu pemerintah Desa Nepen, pengelola Objek Wisata Panorama, dan masyarakat Dukuh Manggis serta data sekunder yaitu jurnal, buku, dan skripsi. Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik yang kemudian dianalisis melalui reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Teori fungsionalisme struktural Robert K. Merton dan teori adaptasi sosial John W. Bennett digunakan untuk melakukan pengkajian. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perubahan sosial memberikan dampak positif bagi masyarakat Dukuh Manggis pasca revitalisasi yaitu adanya lapangan pekerjaan dan meningkatkan perekonomian keluarga. Selain itu, masyarakat merasakan dampak negatif yaitu kemacetan arus lalu lintas, kebisingan dari wisatawan dan suara telolet serta musik dari dalam objek wisata sehingga mengganggu istirahat, permasalahan sampah, serta rasa kekhawatiran masyarakat mengenai tindak kejahatan. Kedua dampak tersebut dikaji dengan konsep teori fungsionalisme struktural yaitu dampak positif sesuai fungsi manifest dan dampak negatif sesuai fungsi laten. Oleh karena itu, masyarakat Dukuh Manggis yang merasakan dampak negatif akan melakukan adaptasi dengan menggunakan tiga konsep adaptasi berupa adaptasi perilaku, adaptasi siasat, dan adaptasi proses. Sebelum melakukan adaptasi, masyarakat Dukuh Manggis menyampaikan kepada pemerintah desa dan pengelola objek wisata atas dampak yang tidak diharapkan oleh masyarakat. Setelah penyampaian dampak yang tidak diharapkan, masyarakat melakukan adaptasi dengan menghindari jam kemacetan, tidur lebih awal sebelum pengunjung datang, membersihkan sampah secara individu, menutup dan mengunci pintu rumah, serta menyarankan pembuatan jalur alternatif agar dapat memudahkan akses menuju objek wisata. Koordinasi dengan polsek setempat, penerjunan linmas, penambahan petugas untuk mengatur arus lalu lintas, dan adanya petugas kebersihan sebagai solusi dari pihak terkait dalam mengatasi perubahan sosial berdampak negatif.