UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN INHALER AEROSOL BERBASIS NANOEMULSI
EKSTRAK DAUN PEGAGAN (Centella asiatica L. Urb)
FAAZATUS SHOFI
Program
Studi S1 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sebelas Maret
Tuberkulosis
(TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dan menjadi masalah kesehatan global dengan meningkatnya kasus
resistensi terhadap obat anti-tuberkulosis (OAT). Alternatif pengobatan
menggunakan bahan alam, seperti ekstrak daun pegagan (Centella asiatica L.
Urb), menarik perhatian karena kandungan asiatikosida yang memiliki aktivitas
antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas antibakteri
sediaan inhaler aerosol berbasis nanoemulsi ekstrak daun pegagan
terhadap bakteri Bacillus subtilis sebagai bakteri uji alternatif untuk
Mycobacterium tuberculosis, serta menentukan karakteristik fisikokimia dan
efektivitas formulasi nanoemulsi dibandingkan dengan ekstrak tanpa formulasi.
Ekstrak
daun pegagan diperoleh melalui metode maserasi dengan pelarut etanol 70%.
Identifikasi senyawa asiatikosida dilakukan menggunakan kromatografi lapis
tipis (KLT) dan kuantifikasi kadar asiatikosida total dengan spektrofotometri
UV-Vis pada panjang gelombang 209 nm. Nanoemulsi optimum dibuat dengan metode
homogenisasi ultrasonik menggunakan Tween 80, asam oleat, dan propilen glikol.
Uji aktivitas antibakteri dilakukan secara in vitro menggunakan metode
difusi cakram dengan desain 5+1. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan
metode difusi agar menggunakan tiga kompleks yaitu, ekstrak daun pegagan,
formulasi nanoemulsi, dan antibiotik rifampisin sebagai kontrol positif. Data
analisis menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menentukan potensi
hambatannya.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pegagan memiliki efektivitas
antibakteri sebesar 59,6%, sedangkan sediaan inhaler nanoemulsi menunjukkan
aktivitas sebesar 56,2%. Penurunan sebesar 3,4% ini diduga disebabkan oleh
interaksi antar bahan dalam formulasi tetap menunjukkan aktivitas antibakteri
yang signifikan dan berada dalam batas formulasi yang dapat diterima (SBR 3%).
Penelitian ini mendukung potensi pengembangan inhaler nanoemulsi berbasis
fitofarmaka sebagai terapi tambahan terdapat infeksi bakteri paru.