;
Latar Belakang: Epilepsi
merupakan salah satu penyakit neurologis kronik yang membutuhkan pengobatan
jangka panjang dengan obat anti bangkitan. Meskipun pengobatan bertujuan
mengontrol kejang, efek samping obat anti bangkitan dapat berdampak signifikan
terhadap kualitas hidup pasien epilepsi. Penggunaan terapi monoterapi atau
politerapi berpotensi memengaruhi intensitas efek samping dan kualitas hidup
pasien secara keseluruhan.
Tujuan: Mengetahui pengaruh
efek samping obat anti bangkitan terhadap kualitas hidup pasien epilepsi, serta
membandingkan kualitas hidup antara pasien yang menerima terapi monoterapi dan
politerapi.
Metode: Penelitian ini
merupakan studi analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional.
Instrumen yang digunakan mencakup Liverpool Adverse Events Profile
(LAEP) untuk menilai efek samping obat anti bangkitan, dan Quality of Life
in Epilepsy Inventory-10 (QOLIE-10) untuk menilai kualitas hidup. Data
dianalisis dengan uji korelasi Pearson dan uji beda mean.
Hasil: Terdapat korelasi
negatif bermakna antara skor LAEP dengan skor QOLIE-10, yang menunjukkan bahwa
semakin tinggi efek samping yang dialami oleh pasien epilepsi, semakin rendah
kualitas hidup pasien. Selain itu, pasien dengan politerapi menunjukkan skor
LAEP lebih tinggi dan skor QOLIE-10 lebih rendah dibandingkan pasien dengan
monoterapi, yang mengindikasikan kualitas hidup yang lebih buruk pada pasien
politerapi.
Kesimpulan: Efek samping
obat anti bangkitan berpengaruh signifikan terhadap kualitas hidup pasien
epilepsi. Terapi politerapi berhubungan dengan efek samping yang lebih berat
dan kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan monoterapi. Oleh karena itu,
pemilihan terapi obat anti bangkitan perlu mempertimbangkan potensi efek
samping guna meningkatkan kualitas hidup pasien epilepsi.