Pemerintah Indonesia telah mengakui sektor ekonomi kreatif sebagai salah satu sektor strategis dengan kontribusi signifikan terhadap PDB nasional, didukung oleh infrastruktur, komunitas kreatif, dan kemajuan teknologi digital yang relevan, termasuk di Batam. Perancangan Creative Hub di Batam dilakukan melalui analisis permasalahan berdasarkan studi literatur dan observasi lapangan, kemudian dilanjutkan dengan penerapan prinsip arsitektur perilaku seperti organisasi ruang, komunikasi, makna, dan waktu guna menciptakan ruang yang mendukung kreativitas, kolaborasi, dan kesejahteraan pengguna. Desain ini mengacu pada teori sense of place dengan mempertimbangkan aktivitas manusia, bentuk fisik yang ikonis, serta makna emosional. Selain itu, desain mengintegrasikan strategi work-life balance untuk menciptakan ruang yang fleksibel, fungsional, dan efisien. Konsep perancangan Creative Hub di Batam mengedepankan prinsip arsitektur perilaku dengan fokus pada work-life balance, menciptakan ruang fleksibel yang mendukung relaksasi, kreativitas, dan interaksi sosial. Ruang dirancang sebagai area multifungsi yang menyatukan berbagai aktivitas, meningkatkan efisiensi, dan memberikan pengalaman personal yang membentuk sense of place. Penerapan prinsip komunikasi, outsourcing, dan tecflexing memperkuat konektivitas antarpengguna dan mendukung kolaborasi. Desain interior dan eksterior, termasuk elemen visual dan aksesibilitas, berperan penting dalam menciptakan ruang yang bermakna dan mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, dengan menyesuaikan dimensi temporal untuk penggunaan yang fleksibel.