Kota Solo, memiliki
kekayaan warisan budaya dengan daya tarik kuat yang diakui hingga penjuru
dunia. Namun, pengaruh globalisasi yang menjauhkan generasi penerus dari
nilai-nilai tradisional, menuntun pada permasalahan utama penelitian ini, yaitu
minimnya minat Generasi Z (lahir 1995-2012) yang berdampak sebagai ancaman bagi
kelestarian budaya saat ini. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif dengen teknik observasi, wawancara mendalam, serta kajian literatur
mengenai arsitektur metafora. Analisis dilakukan untuk merumuskan desian visual
yang sesaui dengan karakteristik unik Gen Z, yakni visual oriented dan
experience seeker, dalam bentuk alat musik gamelan kenong dan bonang. Hasil
dari penelitian ini menunjukan bahwa prinsip metafora tangible mampu memberikan
pengalaman pengunjung berada di dalam kenong dan bonang yang disatukan. Dengan
adanya fasilitas pusat seni pertunjukan tradisional dan ruang-ruang interaktif,
serta tebuka, menjadi wadah interaksi sosial bagi Gen z dan pegiat seni lainnya
untuk terus menyebarkan edukasi dan melestarikan budaya seni pertunjukan
tradisional.