;
Latar belakang: Sebagaimana
direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), waktu konversi dahak
menjadi Basil Tahan Asam (BTA) negatif merupakan indikator penting dalam
program pengendalian TB nasional dan respon pengobatan. Pasien tuberkulosis
(TB) paru dengan dahak BTA positif secara signifikan berkontribusi terhadap
penularan tuberkulosis. Jika terjadi infeksi, maka akan menambah beban pasien,
karena proses pengobatan yang panjang dan melibatkan banyak efek samping.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek ekstrak Channa striata pada
pasien TB yang resisten terhadap obat terhadap kadar TNF-α, IFN-γ, kadar
albumin, waktu konversi dahak, dan indeks massa tubuh (IMT).
Metode: Uji klinis ini
merupakan studi acak terkontrol tersamar ganda dengan desain pre-test dan
post-test. Pasien yang didiagnosis dengan tuberkulosis yang resistan terhadap
obat di enam rumah sakit daerah di Jawa Tengah, Indonesia, diikutsertakan dari
bulan Juli hingga Desember 2024. Subjek dibagi menjadi dua kelompok: kelompok
perlakuan menerima obat anti-TB resisten standar dan ekstrak Channa striata,
sedangkan kelompok plasebo menerima obat anti-TB resisten standar dan plasebo.
Variabel dependen adalah waktu konversi dahak, kadar albumin, dan BMI, yang
dianalisis menggunakan SPSS 29.0.
Hasil: Dari 31 subjek, 3 dieksklusi karena kematian. Perbedaan yang signifikan pada tingkat IFN-γ, waktu konversi dahak, dan BMI diamati antara kedua kelompok. Suplementasi Channa striata tidak memiliki efek yang signifikan terhadap kadar TNF-α pada pasien TB-RO (p = 0,140 untuk kelompok perlakuan dan p = 0,246 untuk kelompok kontrol). Sementara itu, efek yang signifikan terlihat pada kadar IFN-γ (p= <0 xss=removed xss=removed p=0,008).>
Simpulan: Ekstrak Channa striata direkomendasikan sebagai terapi tambahan pada pasien tuberkulosis yang resisten terhadap obat untuk mempercepat konversi dahak, sehingga memutus rantai penularan dengan lebih cepat.