Abstrak


Pemberdayaan Masyarakat Melalui Festival Jerami Purba Sangiran Studi Kasus: Di Desa Krikilan Ditinjau Dari Teori Pemberdayaan Sosial Rappaport


Oleh :
Windi Putri Fila Safitri - K8421067 - Fak. KIP

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis peran Festival Jerami Purba Sangiran dalam proses pemberdayaan  masyarakat Desa Krikilan, khususnya dalam aspek partisipasi aktif, peluang ekonomi, dan pelestarian nilai budaya lokal, (2) menganalisis kesesuaian implementasi festival dengan konsep-konsep teori pemberdayaan sosial Rappaport. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sumber data penelitian ini meliputi wawancara terkait penyelenggaraan Festival Jerami Purba dengan informan (ketua pelaksana festival, masyarakat Desa Krikilan, pelaku UMKM dan pengunjung). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, studi dokumen dan analisis media. Teknik uji validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan metode. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif yang terdiri dari tiga tahap yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, pelaksanaan Festival Jerami Purba Sangiran menjadi wadah pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan seluruh masyarakat Desa Krikilan yang terdiri dari 22 Rukun Tetangga (RT). Seluruh masyarakat mulai dari bapak, ibu dan remaja berpartisipasi aktif dalam pembuatan replika jerami purba. Selain itu, terselenggaranya festival ini menjadi peluang ekonomi bagi masyarakat, khususnya UMKM untuk dapat memasarkan produknya sehingga masyarakat dapat memperoleh dampak ekonomi dari adanya festival ini. Melalui Festival Jerami Purba ini juga menjadi ajang bagi pelestarian budaya lokal di Desa Krikilan yang merupakan kawasan Situs manusia purba Sangiran. Festival ini mengenalkan ke masyarakat luas mengenai hewan purba yang pernah tinggal di Desa Krikilan, yang disajikan dalam bentuk karya seni. Kedua, pemberdayaan masyarakat yang tercermin dalam festival ini sejalan dengan teori pemberdayaan milik Julian Rappaport yang membagi pemberdayaan ke dalam tingkat individu, kelompok dan komunitas. Di mana dalam Festival Jerami Purba pemberdayaan individu tercermin pada partisipasi masyarakat dalam menuangkan ide dalam pembuatan replika. Pemberdayaan pada tingkat kelompok kecil, khususnya dalam lingkup Rukun Tetangga (RT), terwujud melalui kolaborasi dan pembangunan kapasitas kolektif. Pada tingkat komunitas, festival ini menunjukkan peningkatan kapasitas masyarakat untuk mengontrol kehidupannya dan meningkatkan kualitas hidup secara berkelanjutan.