Abstrak
REKONSTRUKSI MISKONSEPSI GENDER: MASKULINITAS BARU SEBAGAI ALTERNATIF REPRESENTASI MASKULINITAS DI LINGKUNGAN MASYARAKAT PATRIARKI (Studi Perfomativitas Gender Aliansi Laki-Laki Baru)
Oleh :
Ihsan Nur Zahid - D0321049 - Fak. ISIP
Peningkatan fenomena kekerasan terhadap perempuan oleh laki-laki (femisida) menjadikan mayoritas laki-laki sebagai pelaku kekerasan karena pembakuan gender budaya patriarki. Tujuan penelitian untuk mengeksplorasi riwayat pembentukan Aliansi Laki-Laki Baru beserta pemahaman terhadap konstruksi maskulinitas dan tindakan performatif maskulinitas baru sebagai tindakan subversi berdasarkan teori performativitas gender Judith Butler. Metode yang diterapkan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi melalui wawancara mendalam (in-depth interview), observasi partisipan, studi literatur, dan dokumentasi sehingga validasi data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan teknik melalui analisis data Phenomenological Data Analysis (FDA), melalui tahap epoche (bracketing), horizonalization, variasi imajinatif, intuisi dan reduksi fenomenologis, serta struktur esensial. Hasil pada penelitian ini adalah: 1) Aliansi Laki-Laki Baru terbentuk atas dasar keresahan awal pada gerakan pendukung poligami, kebutuhan atas keterlibatan laki-laki sebagai subjek aktif pada pembahasan isu gender, intensi sebagai strategi gerakan berkelanjutan, dan pemikiran kritis gerakan perempuan sebagai bagian dari proses keberlangsungan komunitas informal; 2) Konstruksi maskulinitas dalam budaya patriarki berdasarkan pemahaman Aliansi Laki-Laki Baru adalah sebagai produk patriarki yang menciptakan standarisasi dan pelabelan, serta pembakuan norma gender sebagai fondasi dalam penciptaan maskulinitas beracun, yaitu ketidaksadaran pada pola pikir dan kondisi emosional, serta penerapan kekerasan sebagai suatu cara dan bentuk pembuktian; 3) Penerapan maskulinitas baru sebagai bentuk tindakan performatif Aliansi Laki-Laki baru, yaitu: a) Konsep maskulinitas yang majemuk sebagai landasan dasar pembentukan paradigma maskulinitas baru; b) Maskulinitas baru sebagai paradigma dalam upaya representasi maskulinitas, yaitu dengan menjadikan nilai-nilai gerakan perempuan sebagai persepsi, sebagai tindakan manusiawi, dan ekspresi emosional sebagai tindakan ekspresif; c) Maskulinitas baru sebagai tindakan performatif, melalui pembentukan kesadaran diri sebagai langkah awal, melalui media sosial, serta dalam pelatihan dan lingkungan sosial.