Perubahan iklim global
akibat peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan salah satu isu
lingkungan yang semakin mengkhawatirkan. Karbon dioksida (CO2)
adalah komponen utama GRK yang paling banyak dihasilkan, terutama dari sektor
transportasi. Kota Tasikmalaya sebagai kota dengan aktivitas transportasi yang
cukup tinggi memerlukan upaya mitigasi untuk mengurangi emisi CO2, salah satunya melalui penguatan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH),
khususnya Jalur Hijau Jalan (JHJ). Studi tentang kemampuan tegakan JHJ sebagai
penyerap CO2 dari aktivitas transportasi di Kota Tasikmalaya belum
pernah dilakukan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif JHJ
dalam menyerap karbon dioksida dari aktivitas transportasi.
Penelitian ini dilaksanakan di 3 (tiga) JHJ di Kota Tasikmalaya mulai November 2024 sampai Mei 2025. Objek penelitian ini adalah tegakan yang sudah memasuki fase tiang dan pohon serta jumlah kendaraan. Pengambilan data karbon dilakukan dengan menginventarisasi seluruh tegakan di JHJ, baik tegakan tepi jalan maupun median jalanĀ menggunakan metode sensus pada seluruh tegakan di JHJ. Data yang diambil adalah dimensi pohon, yaitu diameter setinggi dada (DBH) dan tinggi tegakan. Data tersebut kemudian digunakan untuk menghitung biomassa batang yang dilanjutkan pada perhitungan serapan CO2 dan simpanan karbon. Penelitian emisi CO2 dilakukan dengan pendekatan bottom-up menggunakan data traffic counting dan dihitung menggunakan faktor emisi berdasarkan IPCC 2006. Pengambilan data emisi CO2 dilakukan dengan menghitung jumlah kendaraan yang dibagi pada 15 jenis kendaraan. Data tersebut digunakan untuk menghitung gas buang karbon monoksida (CO) dari kendaraan kemudian diubah dengan rumus berikutnya sehingga menjadi emisi CO2 di atmosfer. Hasil analisis serapan CO2 dan emisi CO2 dihitung selisihnya sehingga diketahui kemampuan tegakan JHJ dalam menyerap gas CO2.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa total emisi CO2 dari aktivitas transportasi
mencapai 275.788,78 ton/tahun. Jalur hijau jalan yang terdiri dari 28 jenis
tegakan pohon dengan total 755 individu menyimpan karbon sebesar 321,23
ton/tahun dan mampu menyerap CO2 sebesar 1.166,46 ton/tahun. Jenis
tegakan dominan adalah Swietenia macrophylla (mahoni daun lebar), Polyalthia
longifolia (glodokan tiang), Samanea saman (trembesi), dan Pterocarpus
indicus (angsana). JHJ memiliki kontribusi penting dalam mitigasi emisi CO2
di kawasan perkotaan, meskipun belum sepenuhnya mampu menyeimbangkan emisi yang
dihasilkan oleh aktivitas transportasi. Oleh karena itu, diperlukan strategi
optimalisasi seperti penambahan tegakan dan pembatasan volume kendaraan. Pada penelitian ini, jenis pohon
yang paling efektif menyerap CO2 adalah Pterocarpus indicus (angsana).
Secara keseluruhan, untuk menutupi sisa emisi melalui strategi penambahan
jumlah tegakan dibutuhkan hingga 788 individu pohon dengan jenis Pterocarpus
indicus (angsana) atau melalui pembatasan volume kendaraan hingga
11.384 unit. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar
pengambilan kebijakan dalam pengelolaan RTH khususnya jalur hijau jalan, guna
mendukung perwujudan kota yang lebih hijau dan berkelanjutan.