INSIDENSI KARAT DAUN (PHAKOPSORA PACHYRHIZI) PADA TUJUH VARIETAS KEDELAI DALAM SISTEM AGROFORESTRI PINUS. Skripsi: Miftahul Jannah (H0720104). Pembimbing: Hadiwiyono, Supyani, dan Hambeg. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan penting yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri. Permintaan akan kedelai mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal ini tidak diikiti dengan produksi kedelai di indonesia. Salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas tanaman kedelai yaitu melakukan ekstensifikasi lahan dengan memanfaatkan lahan agroforestri pinus. Namun, dalam prakteknya terdapat hambatan berupa serangan OPT berupa karat daun. Serangan Phakopsora pachyrhizi atau sering di sebut karat daun merupakan penyakit penting pada tanaman kedelai. serangan ini dapat menurunkan produksi hingga 30-60?ngan menyetrang batang, daun dan polong. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui insidensi infeksi karat daun pada kedelai dalam sistem agroforestri pinus dan mengevaluasi pertumbuhan dan produksi kedelai. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga September 2023 di KHDTK Alas Bromo, Karanganyar, Jawa Tengah, pada ketinggian 284 meter di atas permukaan laut. Suhu rata-rata berkisar antara 26-30°C, dengan tingkat kelembaban antara 70-80%. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAL) satu faktor yang terdiri dari tujuh varietas kedelai, antara lain Anjasmoro (V1), Argomulyo (V2), Dena-1 (V3), Dena-2 (V4), Denasa 1 ( V5), Denasa-2 (V6), dan Devon-1 (V7), masing-masing dengan tiga ulangan. Tegakan pinus yang digunakan berumur 5-10 tahun. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) 1 faktor. Variabel yang diamati berupa suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan pertumbuhan serta penyakit. Analisis data menggunakan sidik ragam dengan tingkat kepercayaan 95?n apabila berbeda nyata dilanjutkan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala karat daun yang muncul pada kedelai yaitu pada bagian bawah daun terdapat bintik - bintik hijau kekuningan yang kemudian berubah menjadi kuning kecoklatan, kemudian bintik kecil tersebut berkembang dan membentuk benjolan kecil atau yang disebut uredospora yang berisi spora jamur. Insidensi penyakit tergolong rendah yaitu 3,1-18%. Tingginya suhu dan rendahnya kelembaban menyebabkan pertumbuhan kedelai terhambat. Sehingga menyebabkan parameter pertumbuhan dan hasil menurun. Rerata nilai produktivitas tertinggi terdapat pada varietas Argomulyo dengan berat 4,52 ton/ha dan Produksi kedelai tidak berkorelasi dengan insidensi penyakit yang disebkan oleh cendawan Phakopsora pachyrhizi.