Menyusui
secara eksklusif membantu anak-anak bertahan hidup dan membangun antibodi yang
dibutuhkan agar terlindung dari berbagai penyakit termasuk yang beresiko
terhadap kematian. Secara global peningkatan jumlah ibu menyusui dapat
menurunkan angka mortalitas dan morbiditas anak sekaligus mengurangi 20.000 kasus kanker payudara pada
perempuan setiap tahunnya. Dukungan terhadap praktik menyusui secara
berkesinambungan dan optimal dilakukan UNICEF dan WHO melalui peningkatan
promosi menyusui sebagai salah satu komitmen dalam mempercepat kemajuan target
nutrisi tahun 2025. Konseling tentang ASI eksklusif yang diberikan oleh tenaga
kesehatan maupun konselor laktasi sangat diperlukan ibu sejak kehamilan,
persalinan dan masa postnatal care. Permasalahan pemberian ASI eksklusif
antara lain disebabkan kurang optimalnya pemberian KIE menyusui, kurang
maksimalnya pemberian dukungan baik dari suami dan keluarga, kader, serta dari tenaga
kesehatan. Hal ini menyebabkan rendahnya
motivasi ibu dalam menyusui dan pada akhirnya berdampak pada ketidakberhasilan
pemberian ASI eksklusif.
Dukungan
yang berfokus memberikan kenyamanan, perhatian dan bantuan yang diperlukan ibu
menjadi landasan bahwa keberhasilan pemberian ASI eksklusif tidak hanya
melibatkan para ibu namun diperlukan juga keterlibatan keluarga, tenaga
kesehatan dan kader kesehatan yang berasal dari masyarakat setempat. Keterlibatan
berupa kombinasi dukungan dan KIE menyusui dapat meningkatkan motivasi ibu
dalam memberikan ASI eksklusif karena pengetahuan terkait proses menyusui sudah
diperoleh sejak dini. Fakta menunjukkan
bahwa berbagai program nasional penguatan ASI eksklusif telah dilakukan namun
cakupan ASI eksklusif tahun 2018 masih berkisar 68,74%.
Penelitian
ini bertujuan menyusun model pemberdayaan ibu menyusui untuk keberhasilan
pemberian ASI eksklusif agar ibu memiliki pengetahuan terkait ASI dan
termotivasi untuk menyusui dengan dukungan suami dan keluarga, kader serta
tenaga kesehatan selama proses menyusui. Model mengacu pada Model Pender,
dimana KIE menyusui mempresentasikan faktor pengetahuan dan pengalaman;
dukungan mencerminkan faktor sosial budaya, sedangkan motivasi ibu menyusui termasuk
aspek yang ada dalam faktor kesehatan psikologi ibu.
Penelitian menggunakan metode Survey
Explanatory bersifat kuantitatif. Data diuji secara statistik dengan Structural
Equation Modelling (SEM). Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan
Desember 2023 di Puskesmas Kabupaten Sukoharjo. Pemilihan lokasi penelitian
dengan pertimbangan kabupaten ini memiliki rasio jumlah bidan dan ibu tertinggi
ketiga se-Jawa Tengah pada tahun 2019 namun cakupan ASI eksklusif masih 75,1%. Populasi
penelitian adalah ibu menyusui yang memiliki anak berusia 6 bulan – 12 bulan di
12 puskesmas wilayah Sukoharjo, adapun pengambilan sampel dengan tehnik
sampling proportional random sampling. Pengambilan data menggunakan
kuisioner yang telah dilakukan uji Aiken V. Ethical clearance didapatkan
dari komite etik penelitian RSUD Dr. Moewardi, Surakarta Jawa Tengah dengan no
1.363/VII/HREC/2023.
Hasil pengukuran Confirmatory
Factor Analysis (CFA) menyatakan bahwa semua standardized loading
faktors memenuhi cut of point (>0,05) artinya signifikan positif mempengaruhi
antar variabel. Hasil dari pengukuran CR (Composite Reliability) >
0,70 dan AVE (Average Variance Extracted) terhadapa ke-enam variabel keseluruhan
adalah >0,50 artinya semua variabel reliable sebagai indikator yang
mewakili dari variabel laten. Hasil evaluasi Goodness of Fit menyimpulkan
model fit dengan menunjukkan hasil meliputi: nilai Cmin/Df 0,93 < 2>over
estimated atau under estimated sebesar 0,00 ≤ 0,08.
Hasil
penelitian menunjukkan: (1) KIE menyusui berpengaruh terhadap motivasi ibu menyusui
maupun terhadap perilaku ibu untuk keberhasilan pemberian
ASI eksklusif; (2) dukungan suami dan keluarga berpengaruh terhadap motivasi
ibu menyusui maupun terhadap perilaku ibu untuk keberhasilan pemberian ASI
eksklusif; (3) dukungan kader berpengaruh terhadap motivasi ibu menyusui serta terhadap
perilaku ibu untuk keberhasilan pemberian ASI eksklusif; (4) dukungan tenaga
kesehatan berpengaruh terhadap motivasi ibu menyusui juga terhadap perilaku ibu
untuk keberhasilan pemberian ASI eksklusif; (5) KIE menyusui, dukungan suami
dan keluarga, dukungan kader dan dukungan tenaga kesehatan berpengaruh secara
langsung dan tidak langsung terhadap perilaku ibu untuk keberhasilan pemberian
ASI eksklusif melalui motivasi ibu menyusui.
Kebaruan
penelitian ini berupa rumusan model konseptual pemberdayaan ibu menyusui
melalui KIE menyusui yang berfokus pada tujuh kontak laktasi dengan dukungan
sosial. Model konseptual yang dihasilkan merupakan integrasi Health
Promotion Model Theory, Planned Behaviour Theory, Precede-Proceed
Theory, dan Self Determination Theory. Penelitian merekomendasikan
perlunya integrasi KIE menyusui dengan dukungan suami dan keluarga, tenaga
kesehatan dan kader serta memotivasi ibu agar berhasil dalam memberikan ASI
eksklusif.