Fenomena Middle-Income Trap menjadi tantangan serius bagi banyak negara berkembang, termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Middle-Income Trap mengacu pada kondisi ketika suatu negara mengalami stagnasi ekonomi setelah mencapai pendapatan menengah dan gagal bertransisi menuju negara berpendapatan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembentukan indeks MIT dan menganalisis pengaruh inflasi, nilai tukar, rasio ketergantungan, dan urbanisasi terhadap indeks MIT pada negara ASEAN tahun 2019 -2023. Penelitian pembentukan indeks mengacu pada Permatasari dan Pasaribu (2019). Metode penelitian menggunakan dua model, yaitu Principal Component Analysis (PCA) untuk membentuk indeks MIT dan Fixed Effect Model untuk uji pengaruh dengan Eviews. Model ini terpilih menjadi model terbaik berdasarkan hasil uji data panel. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan time series yaitu tahun 2019 – 2023 dan cross section sepuluh negara ASEAN yaitu Brunei, Kamboja, Indonesia, laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Hasil analisis menunjukkan bahwa inflasi dan urbanisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks MIT. Sedangkan nilai tukar dan rasio ketergantungan usia berpengarih negatif dan signifikan terhadap indeks MIT. Uji koefisien determinasi sebesar 0.9958, artinya indeks MIT mampu dijelaskan sebesar 99.58% oleh variabel inflasi (INF), nilai tukar (EXR), rasio ketergantungan usia (ADR), dan urbanisasi (URB) yang digunakan dalam penelitian ini. Sementara sisanya yang sebesar 0.42% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Rekomendasi penelitian ini adalah pemerintah negara ASEAN, khusunya negara berkembang yang ingin keluar dari jebakan pendapatan menengah dan ingin menuju ke pendapatan tinggi.