Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan
menjelaskan tiga hal utama: (1) bentuk kesantunan berbahasa yang ditampilkan
oleh tokoh dalam dialog film Budi Pekerti, (2) bentuk nilai-nilai pendidikan karakter yang
terdapat dalam film Budi Pekerti,
dan (3) pemanfaatan film Budi Pekerti sebagai modul ajar sastra di
tingkat SMA untuk memperkuat pemahaman peserta didik terhadap kesantunan
berbahasa serta nilai-nilai pendidikan karakter. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Data yang
dianalisis mencakup bentuk kesantunan berbahasa dan nilai pendidikan karakter
dalam film karya Wregas Bhanuteja, serta pemanfataan film tersebut untuk
dijadikan modul ajar sastra di SMA. Sumber data berasal dari dokumen tertulis,
hasil wawancara, dan pengamatan langsung terhadap proses pembelajaran bahasa
Indonesia di SMA Negeri 5 Surakarta. Teknik pengambilan data menggunakan
purposive sampling, sedangkan teknik pengumpulan data mencakup wawancara,
observasi kelas, dan dokumentasi. Untuk menjamin keabsahan data, digunakan
teknik triangulasi baik dari sisi sumber maupun teori, dan analisis data
dilakukan dengan pendekatan interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
kesantunan berbahasa dalam film Budi Pekerti mencakup enam maksim dari
teori Leech, dengan total 22 data: empat data maksim kebijaksanaan, tiga data
maksim kemurahan hati, enam data maksim pujian, tiga data maksim kerendahan
hati, tiga data maksim kesepakatan, dan tiga data maksim simpati; (2) film ini
memuat 18 nilai karakter berdasarkan jumlah total 64 data, di antaranya lima
data nilai religius, empat nilai kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah
air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, tiga data nilai
gemar membaca, satu data kepedulian lingkungan, tiga kepedulian sosial, dan
tiga nilai tanggung jawab; (3) hasil wawancara dengan guru dan siswa
menunjukkan bahwa film Budi Pekerti dapat dimanfaatkan sebagai modul
ajar sastra di SMA dengan catatan bahwa guru perlu
memilah bagian-bagian film yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tidak semua
dialog dalam film mencerminkan kesantunan berbahasa, sebab ada pula pelanggaran
prinsip etika komunikasi seperti sindiran, komentar negatif, dan ujaran
kebencian.